Saturday, February 2, 2013

Mempersatukan Keluarga yang Dulu Hilang


Ada seorang anak yang bernama Vero. Ia adalah cucu dari Eyang Widodo yang Ayah dan Ibunya telah dicoret dari anggota keluarga Widodo. Dia ingin mempersatukan kembali keluarganya dengan keluarga Widodo.
Hari sudah menjelang gelap. Matahari yang tadi merah di ufuk barat telah bergulir hilang. Burung-burung pulang ke sarangnya, sebaliknya kelelawar keluar dari rumahnya yang gelap. Dalam sebuah kamar, dua cewek belum beranjak dari keasyikan ngobrolnya. Tampaknya masih ada sedikit pembicaraan yang harus mereka selesaikan.

Bayangin Nat, gua disuruh berakting jadi cowok” mengepaskan tubuhnya di atas springbad Nadia.dengan gusar Nadia tersenyum geli.
“Kayak maen film aja. Eh tapi apa susahnya buat lo? Selama ini kan tingkah lo udah kaya cowok, teriak Nadia.
“Tapi gimanapun juga gua kan tetap cewek
“Kayaknya lo pertimbangin dulu usul Papa lo itu. Jangan keburu nolak.”
Vero disuruh berperan jadi cowok untuk seorang Kakek yang tidak pernah dikenalnya, Kakek yang dulu pernah mencoret Papa dari anggota keluarganya. Padahal Papa anak kandungnya sendiri, Papa menyuruh Vero jadi cowok untuk menyenangkan hati Kakek itu. 

“Ngomong-ngomong, memangnya keluarga Papa lo enggak tahu kalo lo cewek?”
Udah dibilang, Papaku anak yang dibuang dari keluarganya gara-gara menikahi Mama yang anak yatim piatu dan miskin.”
“Ih, kok gitu banget sih!!”
Udah gitu, waktu mereka kawin lari Eyang Putri langsung sakit parah dan akhirnya Eyang Putri menghembuskan napas terakhirnya. Eyang Kakung dan Tante Mega membenci Papa.
Eh, tunggu dulu. Papa sama Mama lo kawin lari Ver? Ih so sweet banget.”
“Iya, Papa dan Mama gua kawin lari, karena Papa dan mama gua udah berjanji untuk tetap bersama dan sehidup semati sampai ajal menjeput mereka.
“Pasti kehidupan cinta mereka romantis” Nadia mengerlingkan mata. Vero mulai sebal melihat mata Nadia yang berbinar-binar.
Gua ngebayangin mereka benar-benar menikah karena cinta. Gua jadi inget kisah cinta Romeo dan Juliet. Cinta yang ditentang, cinta yang begitu tulus murni keluar dari relung hati yang paling dalam. Ah.. indah sekali”
“Jadi nggak nih? Ceritanya diterusin. Vero siap ngambek.”
“Jadi, jadi. Gitu aja marah?!”

Keesokan harinya Vero pulang ke rumah untuk mendengarkan penjelasan Papanya, mengapa Vero disuruh berpura-pura menjadi cowok. Menurut keterangan Tante Mega di suratnya, Eyang sakit parah. Beliau punya pirasat sebentar lagi akan meninggal. Eyang Widodo ingin mengenal Vero yang diyakininya sebagai cucu lelaki satu-satunya,” jelas Papa dengan muka muram.
“Mengapa Eyang begtu yakin kalau Vero cowok, Pa?”
“Di suratnya Tante Mega yaitu Tante kamu menulis, suatu malam Eyang mimpi ketemu kamu. Beliau bilang kamu adalah seorang cucu lelaki yang gagah dan tampan. Itulah kenapa Eyang yakin sekali bahwa kamu itu cowok.”
Vero menelan ludahnya. “Body cungkring dibilang gagah?! Wajah cantik begini dibilang tampan?! Astaga percaya banget sih sama mimpi.”

Kumandang adzan mulai terdengar, Vero dan Papa langsung mengambil air wudhu. Akhirnya Vero setuju atas usul Papanya untuk menemui Kakeknya di Jakarta. Walaupun Vero tahu kalau berbohong itu dosa hukumnya, tetapi Vero juga tahu kalau menentang Orang Tua, durhaka namanya. Vero anak yang baik dan berbakti pada Orang Tuanya.
“Mama tidak memaksa Ver, tapi Mama ingin kita semua hidup dengan bahagia tanpa beban karena belum mendapatkan restu dari Orang Tuanya Papa, selama ini Mama berharap Eyang kamu itu bisa menerima Mama sebagai menantunya.” Dengan suara lembut.
“Iya deh Ma. Vero ngerti, Vero akan berusaha untuk meyakinkan Kakek. Demi Papa dan Mama yang paling Vero sayang.”
Akhirnya setelah shalat subuh, Vero langsung berangkat ke Jakarta dan meninggalkan Bogor untuk sementara. Sesampainya Vero di Stasiun Bus, Vero kebingungan lalu Tante Mega sudah ada menunggu untuk menjemput kedatangan Vero, Kakek sangat bahagia dengan kedatangan cucunya itu. Sesampainya Vero di rumah Eyang Wido, Vero merasa orang asing di keluarga Wido.
“Ya ampun, ini rumah apa istana? Gede banget?!” Vero berbicara dalam hati dengan muka yang berbinar-binar.
“selamat datang di keluarga Wido!” dengan muka yang malu-malu Vero menjawab
“Iya, Kek!”

Di dalam rumah Eyang Wido ada dua orang cucunya yaitu anak Tante Mega yang bernama Dodi dan Ana. Dodi adalah anak pungut Tante Mega. Dia sangat membenci Vero, karena Dodi takut tersaingi oleh Vero. Sebaliknya, Ana adiknya Dodi malah suka sama Vero. Menurut Ana, Vero itu lucu dan tampan.
Eh, lo jangan ngelunjak sama gua ya! Kalo lo ngelunjak sama gua, lo bakalan tau akibatnya dan lo masih orang asing di keluarga Wido, ngerti lo..?!” Dodi sambil melotot.
“Aduh Dodi, lo itu ya. Kayak anak kecil aja segala ngancem-ngancem gua lagi!” Vero sambil tersenyum kesal.
Ana yang tidak mau ada pertengkaran, memisahkan mereka
“Sudah, sudah, kenapa sih kalian ini malah berantem. Lagian Vero juga kan baru datang, pasti dia capek. Ya udah kamu langsung ke kamar aja Ver istirahat.” Ana mengantar Vero ke kamarnya
“Iya, makasih banyak.”
Lama-kelamaan Vero mulai akrab sama semua orang terkecuali Dodi yang ingin sekali menyingkirkan Vero dari rumah Eyang Wido. Dan tak lupa Eyang Wido mengenalkan Vero kepada Bima tetangganya, Bima sudah dianggap cucunya sendiri karna Bima selalu membantu Eyang Wido.
Di pagi yang cerah Vero bertemu Bima yang kebetulan mau berangkat sekolah. Bima mengajak Vero berangkat bareng ke sekolah. Dan setahu Bima Vero itu cowok, Vero memakai seragam cowok.
Sorry, kamu cucunya Eyang Wido dari Bogor kan?”
“Iya,”
Ih, so imut banget sih lo, geli banget gua liatnya.” Bima sambil ketawa
Lo gitu amat sih Bim?”
“Maaf,maaf”
Selama ini Dodi merasa semakin tersisihkan oleh Eyang Wido, semenjak kehadiran Vero di keluarga Wido. “Bagaimana caranya gua bisa nyingkirin si Vero dari rumah ini?” Dodi sambil
berpikir.
“Nah, gua punya ide. Mendingan gua kerjain aja dia, gua cari informasi tentang rahasia dia apa? Terus Dia diusir deh sama Eyang. Hahaha..”
Kemudian Dodi melihat Vero di kamar sedang membuka wig.
“Woww, gua tahu caranya buat nyingkirin si Vero dari rumah ini. Gua bilangin aja sama Eyang, pasti Vero langsung diusir. Eh, tapi sebelum itu gua kerjain dulu si Vero ah.”
Eh, Ver! Lo sebenarnya cewek kan? Lo pura-pura jadi cowok biar Eyang menyetujui rumah tangga Orang Tua lo kan? Ngaku aja deh!” sambil menggenggam tangan Vero yang sangat halus itu.
Vero merintih kesakitan.
“Sakit tau..! lo tahu dari mana Dod? Gua mohon jangan bilang semua ini ke Eyang!”
Semenjak itu, Vero sudah tidak kuat dengan tingkah laku sepupunya itu. Kemudian Vero langsung bercerita kepada Bima bahwa dia itu cewek. Dan Vero mengajak Bima ke taman dekat danau.
“Bim, gua mau jujur sama lo. Sebenarnya gua itu cewek.” Sambil membuka wignya dan bermuka melas.
Bima terkejut saat Vero berkata jujur
“Hah..! apa lo bilang? Lo cewek? Jadi lo itu udah bohongin kita semua, termasuk Eyang Wido. Lo sungguh keterlaluan Ver.”
Maafin gua Bim, gua juga enggak mau bohong kayak gini. Tapi lo gak bakalan ngerti masalahnya apa?” Vero bergegas pergi dari taman. Bima Cuma terdiam.
Lambat laun Vero mencoba meyakinkan Eyang Wido dan mencoba jujur bahwa dirinya itu seorang cewek. Eyang Wido langsung terdiam dan shock mendengar bahwa selama ini Vero telah membohongi keluarga Wido. Vero langsung diusir dari rumah itu. Dan Dodi bahagia.
“Eyang, dengerin penjelasan Vero dulu!” Vero sambil memohon dan meneteskan air mata.
“Pergi kamu dari rumah saya! Saya tidak mempunyai cucu pembohong seperti kamu! Kamu sama saja seperti Papamu!”
Maafin Vero Eyang. Vero sayang sama Eyang.” Vero langsung beranjak pergi dari rumah Eyang Wido itu. Papa dan Mama kaget mengetahui Vero telah membohongi seluruh penghuni keluarga Wido. Mereka bisa membayangkan seluruh penghuni keluarga Wido, saat mengetahui putri mereka ketahuan.
“Ya Allah, gimana ini Pa? anak kita ketahuan, semua ini gara-gara kita memaksa Vero untuk berakting jadi cowok. Seharusnya kita jujur saja Pa. kalau anak kita sebenarnya itu cewek, bukan cowok. Dan kejadiannya nggak bakalan seperti ini.”

“Iya Ma, Papa juga menyesal sudah menyuruh Vero untuk berakting jadi cowok. Tapi mau gimana lagi, semuanya sudah terjadi.”
Satu minggu kemudian, Eyang Wido minta ditemani oleh Bima untuk berangkat ke Bogor. Untuk meminta maaf atas kesalahannya.

Kemudian Eyang Wido mengungkapkan keinginanya untuk menyerahkan pengelolaan Tambak Wido pada Papa dan dibantu oleh Bima, dan Vero tentunya.

Dengan penuh penyesalan Papa tidak bisa menerima kehormatan sebagai pengelola Tambak Wido. Karena sebagai Arsitektur, dia memiliki tanggungjawab yang tidak kalah pentingnya. Untungnya Eyang Wido bisa memaklumi keadaan Papa sekarang. Kemudian Bima mengungkapkan perasaan dan meminta maaf atas sikapnya yang tidak percaya terhadap Vero. Yang paling penting kabar gembira, Bima langsung melamar Vero di depan Eyang Wido dan kedua Orang Tua Vero. Akhirnya Eyang Wido menyetujui Mama sebagai menantunya. Kami pun hidup bahagia dan rukun kembali.

Ali WinardianaDitulis Oleh : Ali Winardiana

Artikel Mempersatukan Keluarga yang Dulu Hilang, diterbitkan oleh alLeY pada hari Saturday, February 2, 2013. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan Anda. Oleh Admin, Sobat diperbolehkan mengcopy paste / menyebar-luaskan artikel ini, namun anda harus meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya, dan baca peraturan Disclaimer sebelum copy-paste.

No comments:

Post a Comment