Sejarah penyebaran agama islam di Indonesia
Sejarah masuknya Islam di Indonesia pada awalnya dibawa oleh para pedagang dari Arab dan Gujarat. Sebelum masuknya agama apapun di Indonesia, bangsa Indonesia pada umumnya adalah penganut animisme dan dinamisme, yakni kepercayaan terhadap roh-roh atau benda-benda yang memiliki kekuatan. Kemudian masuk agama Hindu dan Budha yang dibawa oleh pedagang dari India dan China. Ketika Islam masuk pun, penganut animisme dan dinamisme masih banyak, bahkan hingga saat ini masih cukup sering ditemui. Namun masyarakat Indonesia sejak jaman dahulu kala adalah masyarakat yang terkenal toleran, sehingga keyakinan apapun dapat tumbuh disini.
Sejarah masuknya Islam di Indonesia pada awalnya dibawa oleh para pedagang dari Arab dan Gujarat. Sebelum masuknya agama apapun di Indonesia, bangsa Indonesia pada umumnya adalah penganut animisme dan dinamisme, yakni kepercayaan terhadap roh-roh atau benda-benda yang memiliki kekuatan. Kemudian masuk agama Hindu dan Budha yang dibawa oleh pedagang dari India dan China. Ketika Islam masuk pun, penganut animisme dan dinamisme masih banyak, bahkan hingga saat ini masih cukup sering ditemui. Namun masyarakat Indonesia sejak jaman dahulu kala adalah masyarakat yang terkenal toleran, sehingga keyakinan apapun dapat tumbuh disini.
Sejarah masuknya Islam ke Indonesia dan kemudian berkembang pesat karena Indonesia adalah jalur perdagangan, terutama di Barus dan Pasai. Para pedagang arab singgah ke Indonesia untuk menawarkan barang dagangan berupa kain dan wewangian. Selain menjual, mereka juga membeli barang dagangan disini untuk dijual di negaranya. Mereka yang terlibat perdagangan saling menguntungkan sehingga mulai akrab. Hal ini yang kemudian memudahkan para pedagang Arab tersebut memperkenalkan agama Islam. Para penduduk di Pasai menerima dan menyambut ajakan untuk masuk Islam tanpa paksaan. Dari kedua wilayah tersebut, pada akhirnya Islam menyebar ke wilayah lain di Indonesia, seperti diantaranya:
Wilayah penyebaran islam indonesia
•Pariaman, Sumatera Barat dimana pembawanya adalah Syekh Burhanuddin, seorang ulama Melayu.
•Gresik dan Tuban di Jawa Timur, pembawanya adalah Maulana Malik Ibrahim, seorang pedagang dan mubalig dari Hadramaut.
•Demak, Jawa Tengah, yang berperan dalam penyebarannya adalah Raden Patah bersama Wali Songo sebagai penasihatnya.
•Banten di Jawa Barat yang dipelopori oleh Fatahillah, seorang keturunan raja dari Samudra Pasai yang kemudian bergelar Sunan Gunung Jati.
•Palembang, Sumatera Selatan yang menyebarkan adalah Raden Rahmat, dimana dua bulan kemudian ia menyebarkan Islam ke Ampel, Jawa Timur.
•Banjar, Kalimantan Selatan dan Sukadana, Kalimantan Barat dipelopori oleh para mubalig dari Johor, Malaysia.
•Makassar, Sulawesi Selatan yang dibawa dan disebarkan oleh Datuk Ri Bandang dari Sumatera Barat.
•Ternate, Tidore, Jailole dan Bacau di Maluku Utara, diperkenalkan Islam oleh Syekh Mansur asal Arab dan Maulana Husain asal Gresik.
Wilayah penyebaran islam indonesia
•Pariaman, Sumatera Barat dimana pembawanya adalah Syekh Burhanuddin, seorang ulama Melayu.
•Gresik dan Tuban di Jawa Timur, pembawanya adalah Maulana Malik Ibrahim, seorang pedagang dan mubalig dari Hadramaut.
•Demak, Jawa Tengah, yang berperan dalam penyebarannya adalah Raden Patah bersama Wali Songo sebagai penasihatnya.
•Banten di Jawa Barat yang dipelopori oleh Fatahillah, seorang keturunan raja dari Samudra Pasai yang kemudian bergelar Sunan Gunung Jati.
•Palembang, Sumatera Selatan yang menyebarkan adalah Raden Rahmat, dimana dua bulan kemudian ia menyebarkan Islam ke Ampel, Jawa Timur.
•Banjar, Kalimantan Selatan dan Sukadana, Kalimantan Barat dipelopori oleh para mubalig dari Johor, Malaysia.
•Makassar, Sulawesi Selatan yang dibawa dan disebarkan oleh Datuk Ri Bandang dari Sumatera Barat.
•Ternate, Tidore, Jailole dan Bacau di Maluku Utara, diperkenalkan Islam oleh Syekh Mansur asal Arab dan Maulana Husain asal Gresik.
Selain dengan perdagangan, penyebaran Islam dilakukan dengan jalan asimilasi atau menikahi penduduk lokal, pembebasan budak dan gerakan para ulama untuk mendirikan pesantren. Semua cara yang ditempuh menggunakan jalan yang damai, tanpa permusuhan dan tidak ada perbedaan kasta.
Proses Awal Penyebaran Islam di Kepulauan Nusantara
Agama Islam masuk dan berkembang di Nusantara secara damai.
Ada beberapa sumber sejarah mengenai masuknya Islam ke Nusantara.
1.Abad ke-7 yang diberitakan dinasti Tang bahwa di Sriwijaya sudah ada perkampungan muslim yang mengadakan hubungan dagang dengan Cina.
2.Abad ke-11 adanya makam Fatimah binti Maimun yang berangka tahun 1028 di Leran,Gresik, Jawa Timur.
3.Abad ke-13 tepatnya tahun 1292 Marcopolo mengunjungi Kerajaan Samudra Pasai. Berdasarkan berita dari Marcopolo pada tahun 1292 dan cerita dari Ibnu Batutah yang mengunjungi Kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-14, maka diperkirakan agama Islam sudah masuk di Indonesia sejak abad ke-13. Di samping itu, batu nisan kubur Malik al Saleh yang meninggal tahun 1297 juga memperkuat bukti-bukti bahwa pada saat itu telah terdapat kerajaan Islam di Indonesia.
Ada beberapa pendapat mengenai asal mula Islam masuk ke Nusantara.
1.Islam berasal dari Arab. Hal ini sesuai berita dari dinasti Tang, pedagang Arab yang singgah di Sriwijaya untuk mengisi bahan bakar kemudian ke Cina.
2.Islam berasal dari Persia. Hal ini karena di Indonesia ada aliran tasawuf seperti di Persia (Iran).
3.Islam berasal dari India (Gujarat) dengan alasan unsur Islam di Indonesia menunjukkan kesamaan yang ada di India dan bentuk nisan Malik al Saleh menyerupai bentuk batu nisan di India.
Selain itu, ada tokoh yang beralasan dari Gujarat. Kelompok ini dipelopori oleh Snouck Hurgronje dan diikuti oleh J.P. Moquute, R.A. Kern. Pendapat ini didasarkan pada:
•akibat kemunduran dinasti Abbasiah Bagdad oleh Hulagu pada tahun 1258,
•berita Marcopolo tahun 1292,
•berita Ibnu Batutah pada abad ke-14,
•nisan kubur Sultan Malik as Saleh yang berangka tahun awal Majapahit 1297,
•kedatangan Islam hingga terbentuknya masyarakat muslim di Indonesia sejak abad ke-13 berdasarkan pada ajaran tasawuf yang berasal dari Persia.
Islam menyebar di Indonesia melalui cara-cara berikut.
1.Melalui perdagangan
Pedagang-pedagang muslim yang berasal dari Arab, Persia, dan India telah ikut ambil bagian dalam jalan lalu lintas perdagangan yang menghubungkan Asia Barat, Asia Timur, dan Asia Tenggara, pada abad ke-7 sampai abad ke-16. Para pedagang muslim yang akhirnya juga singgah di Indonesia ini, ternyata tidak hanya semata-mata melakukan kegiatan dagang.
Melalui hubungan perdagangan tersebut, agama dan kebudayaan Islam masuk ke wilayah Indonesia. Pada abad kesembilan, orang-orang Islam mulai bergerak mendirikan perkampungan Islam di Kedah (Malaka), Aceh, dan Palembang. Pada akhir abad ke-12, kekuasaan politik dan ekonomi Kerajaan Sriwijaya mulai merosot karena didesak oleh kekuasaan Kertanegara dari Singasari.
Seiring dengan kemunduran Sriwijaya, para pedagang Islam beserta para mubalignya semakin giat melakukan peran politik dalam mendukung daerah pantai yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Sriwijaya. Menjelang berakhirnya kerajaan Hindu-Buddha abad ke-13 berdiri kerajaan kecil yang bercorak Islam, yaitu Samudra Pasai yang terletak di pesisir timur laut wilayah Aceh. Kemudian pada awal abad ke-15 telah berdiri Kerajaan Malaka.
Sejak saat itu, Aceh dan Malaka berkembang menjadi pusat perdagangan dan pelayaran yang ramai dan banyak dikunjungi oleh para pedagang Islam dan penduduk dari berbagai daerah terjadi interaksi yang akhirnya banyak yang masuk Islam.
Setelah pulang ke daerah asal, mereka menyebarkan agama Islam ke daerahnya. Agama dan kebudayaan Islam dari Malaka menyebar ke wilayah Sumatra Selatan, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Dalam suasana demikian, banyak raja daerah dan adipati pesisir yang masuk Islam. Contohnya, Demak (abad ke-15), Ternate (abad ke-15), Gowa (abad ke-16), dan Banjar (abad ke-16).
2.Melalui perkawinan
Para pedagang muslim yang datang di Indonesia, ada sebagian di antara mereka yang kemudian menetap di kota-kota pelabuhan dan membentuk perkampungan yang disebut Pekojan. Perkawinan antara putri bangsawan dan pedagang muslim akhirnya berlangsung.
Perkawinan ini dilakukan secara Islam, yaitu dengan mengucapkan (menirukan) dua kalimat syahadat. Upacara perkawinan berjalan dengan mudah karena tanpa pentasbihan
atau upacara-upacara yang panjang, lebar, dan mendalam.
Dalam Babad Tanah Jawi, misalnya, diceritakan perkawinan antara Maulana Iskhak dan putri Raja Blambangan yang kemudian melahirkan Sunan Giri, sedangkan dalam Babad Cirebon diceritakan perkawinan putri Kawunganten dengan Sunan Gunung Jati.
3.Melalui tasawuf
Tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang telah bercampur dengan mistik dan hal-hal yang bersifat magis. Ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan alam pikiran seperti pada mistik Indonesia–Hindu, antara lain, Hamzah Fansuri, Nuruddin ar Raniri, dan Syeikh Siti Jenar.
4.Melalui pendidikan
Pendidikan dalam Islam dilakukan dalam pondok-pondok pesantren yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai, atau ulama-ulama. Pesantren ini merupakan lembaga yang penting dalam penyebaran agama Islam karena merupakan tempat pembinaan calon guru-guru agama, kiai-kiai, atau ulama-ulama. Setelah menamatkan pelajarannya dipesantren, murid-murid (para santri) akan kembali ke kampung halamannya.
5.Melalui seni budaya
Dalam menyebarkan agama Islam, sebagian wali menggunakan media seni budaya yang sudah ada dan disenangi masyarakat. Pada perayaan hari keagamaan seperti Maulid Nabi, misalnya, seni tari dan peralatan musik tradisional (gamelan) dipakai untuk meramaikan suasana.
Sunan Kalijaga yang sangat mahir memainkan wayang memanfaatkan kesenian ini sebagai sarana untuk menyampaikan agama Islam kepada masyarakat, yaitu memasukkan unsur-unsur Islam dalam cerita dan pertunjukannya. Senjata Puntadewa yang bernama Jimat Kalimasada, misalnya, dihubungkan dengan dua kalimat syahadat yang berisi pengakuan terhadap Allah dan Nabi Muhammad. Masyarakat yang menyaksikan pertunjukan Sunan Kalijaga akhirnya mengenal agama Islam dan tertarik ingin menjadikan Islam sebagai agamanya.
6.Melalui dakwah
Penyebaran Islam di Nusantara, terutama di Jawa, sangat berkaitan dengan pengaruh para wali yang kita kenal dengan sebutan wali sanga. Mereka inilah yang berperan paling besar dalam penyebaran agama Islam melalui metode dakwah.
Wali sanga oleh masyarakat Islam Jawa dianggap sebagai manusia-manusia yang tinggi ilmu agamanya dan memiliki kesaktian yang luar biasa. Dalam politik Sunan Kudus, misalnya, erat kaitannya dengan perebutan kekuasaan di Demak dan Sunan Giri pun besar pengaruhnya dalam kekuasaan politik di Hitu. Gelar sunan yang mereka sandang menunjukkan bahwa kedudukan mereka dapat disejajarkan dengan raja.
Adapun para wali yang berjumlah sembilan (wali sanga) itu sebagai berikut.
1. Sunan Ampel atau Raden Rahmat, dimakamkan di Ampel (Surabaya).
2. Malik Ibrahim atau Maulana Maghribi, dimakamkan di Gresik.
3. Sunan Giri atau Raden Paku, makamnya di Giri dekat Gresik.
4. Sunan Drajat, putra Sunan Ampel, dimakamkan di Sidayu, Lawas.
5. Sunan Bonang atau Makdum Ibrahim seorang putra Sunan Ampel.
6. Sunan Kudus.
7. Sunan Muria ,makamnya terdapat di sebelah kawah Gunung Muria.
8. Sunan Kalijaga yang mempunyai nama asli Raden Sahid adalah menantu Sunan Gunung Jati di Cirebon. Akan tetapi, Sunan Kalijaga menolak untuk tinggal di Cirebon dan akhirnya mengikuti perintah Sultan Trenggana menetap di Kadilangu, Demak.
9. Sunan Gunung Jati, orang Pasai, kawin dengan saudara perempuan Sultan Trenggana (Demak),kemudian berhasil menaklukkan Cirebon dan Banten. Makamnya terletak di Gunung Jati sebelah utara Cirebon.
Golongan penyebar agama islam di Indonesia
a. Golongan penyebar agama islam di Indonesia
Belum diketahui secara pasti golongan yang pertama kali menyebarkan agama islam di Indonesia. Bukti-bukti sejarah menjelaskan yaitu para pedagang arab yang datang ke Indonesia melakukan perkawinan dengan orang-orang asli Indonesia. Tetapi ada pendapat yang menjelaskan yaitu seorang mubalik (kiai) dari arab yang datang dengan tujuan untuk berdakwah ajaran islam kepada masyarakat Indonesia.
Masuknya ajaran islam yang diawali dari pesisir pantai membuktikan bahwa ajaran islam melakukan infiltrasi ajarannya kepada masyarakat secara perlahan-lahan. Para penyebar mengjarkan dengan santun dan baik sehinggga cepat diterima oleh masyarakat Indonesia. Ada peula yang menggunakan cara menyembuhan penyakit maupun pembebasan dari rasa kesulitan seperti wabah penyakit, kekeringan, maupun bencana lainnya. Golongan yang melakukan cara ini adalah golongan sufi yaitu orang yang memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Secara terperinci golongan peyebar agam islam di Indonesia ada 3 diantaranya:
1. Golongan mubalig atau guru agama Islam, golongan ini sering disebut-sebut sebagai sufi. Orang yang masuk dalam golongan ini adalah orang-orang yang memiliki orientasi berdakwah. Mereka sudah melepaskan kehidupan duniawinya dan mengabdikan hidupnya hanya untuk menyebarkan ajaran islam di dunia. Golongan ini diperkirakan masuk ke indonesia pada abad 13 M dan berasal dari arab dan persia. Penyebaran yang dilakukan oleh golongan ini menunjukan hasil yang luar biasa.
2. Golongan pedagang, golongan pedagang yang pertama ali datang ke Indonesia yaitu golongan dari arab, kemudian disusul dari golongan mesir, persia, gujarat. Sebelum mereka datang ke Indonesia mereka sudah terlebih dahulu hijrah di India dan Cina. Ketika orang-orang Cina dan India melakukan perluasan daerah perdagangan sampai ke Asia Tenggara termasuk Indonesia para pedagang ini mengikutinya dan kemudia menetap di Indonesia dengan melakukan penyebaran menggunakan cara pendidikan maupun perkawinan.
3. Wali, wali yang sangat terkenal memperkenalkan ajaran Islam adalah wali songo. Mereka dikenal sebagai orang-orang yang memiliki kelebihan dalam melakukan dakwah islam di indonesia. Mereka belajar dari para sufi yang datang dari Timur Tengah. Dengan kelebiahan ini mereka sudah mempengaruhi masyarakat Indonesia untuk menganut ajaran Islam. Wali songo sebagai tokoh penyebar islam di daerah jawa. Adapun nama-nama yang termasuk dalam wali songo adalah:
a. Sunan Maulana Malik Ibrahim atau syekh Maghribi (gresik),
b. Sunan Ngampel atau sering disebut sebagai Raden Rahmat (Ngampel Surabaya),
c. Sunan Bonang atau Raden Maulana Makdum Inrahim (Bonang Tuban),
d. Sunan Drajat atau Syarifudin (Sedayu Suranaya),
e. Sunan Giri atau Prabu Satmata atau Sultan Abdul Fakih (Giri Gresik)
f. Sunan Kalijaga (Kadilangu Demak),
g. Sunan Kudus atau Jafar Sodiq (Kudus),
h. Sunan Muria atau Raden Umar Said (Gunung Muria Kudus), dan
i. Sunan Gunung Jati (gunung Jati Cirebon).
Proses Awal Penyebaran Islam di Kepulauan Nusantara
Agama Islam masuk dan berkembang di Nusantara secara damai.
Ada beberapa sumber sejarah mengenai masuknya Islam ke Nusantara.
1.Abad ke-7 yang diberitakan dinasti Tang bahwa di Sriwijaya sudah ada perkampungan muslim yang mengadakan hubungan dagang dengan Cina.
2.Abad ke-11 adanya makam Fatimah binti Maimun yang berangka tahun 1028 di Leran,Gresik, Jawa Timur.
3.Abad ke-13 tepatnya tahun 1292 Marcopolo mengunjungi Kerajaan Samudra Pasai. Berdasarkan berita dari Marcopolo pada tahun 1292 dan cerita dari Ibnu Batutah yang mengunjungi Kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-14, maka diperkirakan agama Islam sudah masuk di Indonesia sejak abad ke-13. Di samping itu, batu nisan kubur Malik al Saleh yang meninggal tahun 1297 juga memperkuat bukti-bukti bahwa pada saat itu telah terdapat kerajaan Islam di Indonesia.
Ada beberapa pendapat mengenai asal mula Islam masuk ke Nusantara.
1.Islam berasal dari Arab. Hal ini sesuai berita dari dinasti Tang, pedagang Arab yang singgah di Sriwijaya untuk mengisi bahan bakar kemudian ke Cina.
2.Islam berasal dari Persia. Hal ini karena di Indonesia ada aliran tasawuf seperti di Persia (Iran).
3.Islam berasal dari India (Gujarat) dengan alasan unsur Islam di Indonesia menunjukkan kesamaan yang ada di India dan bentuk nisan Malik al Saleh menyerupai bentuk batu nisan di India.
Selain itu, ada tokoh yang beralasan dari Gujarat. Kelompok ini dipelopori oleh Snouck Hurgronje dan diikuti oleh J.P. Moquute, R.A. Kern. Pendapat ini didasarkan pada:
•akibat kemunduran dinasti Abbasiah Bagdad oleh Hulagu pada tahun 1258,
•berita Marcopolo tahun 1292,
•berita Ibnu Batutah pada abad ke-14,
•nisan kubur Sultan Malik as Saleh yang berangka tahun awal Majapahit 1297,
•kedatangan Islam hingga terbentuknya masyarakat muslim di Indonesia sejak abad ke-13 berdasarkan pada ajaran tasawuf yang berasal dari Persia.
Islam menyebar di Indonesia melalui cara-cara berikut.
1.Melalui perdagangan
Pedagang-pedagang muslim yang berasal dari Arab, Persia, dan India telah ikut ambil bagian dalam jalan lalu lintas perdagangan yang menghubungkan Asia Barat, Asia Timur, dan Asia Tenggara, pada abad ke-7 sampai abad ke-16. Para pedagang muslim yang akhirnya juga singgah di Indonesia ini, ternyata tidak hanya semata-mata melakukan kegiatan dagang.
Melalui hubungan perdagangan tersebut, agama dan kebudayaan Islam masuk ke wilayah Indonesia. Pada abad kesembilan, orang-orang Islam mulai bergerak mendirikan perkampungan Islam di Kedah (Malaka), Aceh, dan Palembang. Pada akhir abad ke-12, kekuasaan politik dan ekonomi Kerajaan Sriwijaya mulai merosot karena didesak oleh kekuasaan Kertanegara dari Singasari.
Seiring dengan kemunduran Sriwijaya, para pedagang Islam beserta para mubalignya semakin giat melakukan peran politik dalam mendukung daerah pantai yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Sriwijaya. Menjelang berakhirnya kerajaan Hindu-Buddha abad ke-13 berdiri kerajaan kecil yang bercorak Islam, yaitu Samudra Pasai yang terletak di pesisir timur laut wilayah Aceh. Kemudian pada awal abad ke-15 telah berdiri Kerajaan Malaka.
Sejak saat itu, Aceh dan Malaka berkembang menjadi pusat perdagangan dan pelayaran yang ramai dan banyak dikunjungi oleh para pedagang Islam dan penduduk dari berbagai daerah terjadi interaksi yang akhirnya banyak yang masuk Islam.
Setelah pulang ke daerah asal, mereka menyebarkan agama Islam ke daerahnya. Agama dan kebudayaan Islam dari Malaka menyebar ke wilayah Sumatra Selatan, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Dalam suasana demikian, banyak raja daerah dan adipati pesisir yang masuk Islam. Contohnya, Demak (abad ke-15), Ternate (abad ke-15), Gowa (abad ke-16), dan Banjar (abad ke-16).
2.Melalui perkawinan
Para pedagang muslim yang datang di Indonesia, ada sebagian di antara mereka yang kemudian menetap di kota-kota pelabuhan dan membentuk perkampungan yang disebut Pekojan. Perkawinan antara putri bangsawan dan pedagang muslim akhirnya berlangsung.
Perkawinan ini dilakukan secara Islam, yaitu dengan mengucapkan (menirukan) dua kalimat syahadat. Upacara perkawinan berjalan dengan mudah karena tanpa pentasbihan
atau upacara-upacara yang panjang, lebar, dan mendalam.
Dalam Babad Tanah Jawi, misalnya, diceritakan perkawinan antara Maulana Iskhak dan putri Raja Blambangan yang kemudian melahirkan Sunan Giri, sedangkan dalam Babad Cirebon diceritakan perkawinan putri Kawunganten dengan Sunan Gunung Jati.
3.Melalui tasawuf
Tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang telah bercampur dengan mistik dan hal-hal yang bersifat magis. Ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan alam pikiran seperti pada mistik Indonesia–Hindu, antara lain, Hamzah Fansuri, Nuruddin ar Raniri, dan Syeikh Siti Jenar.
4.Melalui pendidikan
Pendidikan dalam Islam dilakukan dalam pondok-pondok pesantren yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai, atau ulama-ulama. Pesantren ini merupakan lembaga yang penting dalam penyebaran agama Islam karena merupakan tempat pembinaan calon guru-guru agama, kiai-kiai, atau ulama-ulama. Setelah menamatkan pelajarannya dipesantren, murid-murid (para santri) akan kembali ke kampung halamannya.
5.Melalui seni budaya
Dalam menyebarkan agama Islam, sebagian wali menggunakan media seni budaya yang sudah ada dan disenangi masyarakat. Pada perayaan hari keagamaan seperti Maulid Nabi, misalnya, seni tari dan peralatan musik tradisional (gamelan) dipakai untuk meramaikan suasana.
Sunan Kalijaga yang sangat mahir memainkan wayang memanfaatkan kesenian ini sebagai sarana untuk menyampaikan agama Islam kepada masyarakat, yaitu memasukkan unsur-unsur Islam dalam cerita dan pertunjukannya. Senjata Puntadewa yang bernama Jimat Kalimasada, misalnya, dihubungkan dengan dua kalimat syahadat yang berisi pengakuan terhadap Allah dan Nabi Muhammad. Masyarakat yang menyaksikan pertunjukan Sunan Kalijaga akhirnya mengenal agama Islam dan tertarik ingin menjadikan Islam sebagai agamanya.
6.Melalui dakwah
Penyebaran Islam di Nusantara, terutama di Jawa, sangat berkaitan dengan pengaruh para wali yang kita kenal dengan sebutan wali sanga. Mereka inilah yang berperan paling besar dalam penyebaran agama Islam melalui metode dakwah.
Wali sanga oleh masyarakat Islam Jawa dianggap sebagai manusia-manusia yang tinggi ilmu agamanya dan memiliki kesaktian yang luar biasa. Dalam politik Sunan Kudus, misalnya, erat kaitannya dengan perebutan kekuasaan di Demak dan Sunan Giri pun besar pengaruhnya dalam kekuasaan politik di Hitu. Gelar sunan yang mereka sandang menunjukkan bahwa kedudukan mereka dapat disejajarkan dengan raja.
Adapun para wali yang berjumlah sembilan (wali sanga) itu sebagai berikut.
1. Sunan Ampel atau Raden Rahmat, dimakamkan di Ampel (Surabaya).
2. Malik Ibrahim atau Maulana Maghribi, dimakamkan di Gresik.
3. Sunan Giri atau Raden Paku, makamnya di Giri dekat Gresik.
4. Sunan Drajat, putra Sunan Ampel, dimakamkan di Sidayu, Lawas.
5. Sunan Bonang atau Makdum Ibrahim seorang putra Sunan Ampel.
6. Sunan Kudus.
7. Sunan Muria ,makamnya terdapat di sebelah kawah Gunung Muria.
8. Sunan Kalijaga yang mempunyai nama asli Raden Sahid adalah menantu Sunan Gunung Jati di Cirebon. Akan tetapi, Sunan Kalijaga menolak untuk tinggal di Cirebon dan akhirnya mengikuti perintah Sultan Trenggana menetap di Kadilangu, Demak.
9. Sunan Gunung Jati, orang Pasai, kawin dengan saudara perempuan Sultan Trenggana (Demak),kemudian berhasil menaklukkan Cirebon dan Banten. Makamnya terletak di Gunung Jati sebelah utara Cirebon.
Golongan penyebar agama islam di Indonesia
a. Golongan penyebar agama islam di Indonesia
Belum diketahui secara pasti golongan yang pertama kali menyebarkan agama islam di Indonesia. Bukti-bukti sejarah menjelaskan yaitu para pedagang arab yang datang ke Indonesia melakukan perkawinan dengan orang-orang asli Indonesia. Tetapi ada pendapat yang menjelaskan yaitu seorang mubalik (kiai) dari arab yang datang dengan tujuan untuk berdakwah ajaran islam kepada masyarakat Indonesia.
Masuknya ajaran islam yang diawali dari pesisir pantai membuktikan bahwa ajaran islam melakukan infiltrasi ajarannya kepada masyarakat secara perlahan-lahan. Para penyebar mengjarkan dengan santun dan baik sehinggga cepat diterima oleh masyarakat Indonesia. Ada peula yang menggunakan cara menyembuhan penyakit maupun pembebasan dari rasa kesulitan seperti wabah penyakit, kekeringan, maupun bencana lainnya. Golongan yang melakukan cara ini adalah golongan sufi yaitu orang yang memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Secara terperinci golongan peyebar agam islam di Indonesia ada 3 diantaranya:
1. Golongan mubalig atau guru agama Islam, golongan ini sering disebut-sebut sebagai sufi. Orang yang masuk dalam golongan ini adalah orang-orang yang memiliki orientasi berdakwah. Mereka sudah melepaskan kehidupan duniawinya dan mengabdikan hidupnya hanya untuk menyebarkan ajaran islam di dunia. Golongan ini diperkirakan masuk ke indonesia pada abad 13 M dan berasal dari arab dan persia. Penyebaran yang dilakukan oleh golongan ini menunjukan hasil yang luar biasa.
2. Golongan pedagang, golongan pedagang yang pertama ali datang ke Indonesia yaitu golongan dari arab, kemudian disusul dari golongan mesir, persia, gujarat. Sebelum mereka datang ke Indonesia mereka sudah terlebih dahulu hijrah di India dan Cina. Ketika orang-orang Cina dan India melakukan perluasan daerah perdagangan sampai ke Asia Tenggara termasuk Indonesia para pedagang ini mengikutinya dan kemudia menetap di Indonesia dengan melakukan penyebaran menggunakan cara pendidikan maupun perkawinan.
3. Wali, wali yang sangat terkenal memperkenalkan ajaran Islam adalah wali songo. Mereka dikenal sebagai orang-orang yang memiliki kelebihan dalam melakukan dakwah islam di indonesia. Mereka belajar dari para sufi yang datang dari Timur Tengah. Dengan kelebiahan ini mereka sudah mempengaruhi masyarakat Indonesia untuk menganut ajaran Islam. Wali songo sebagai tokoh penyebar islam di daerah jawa. Adapun nama-nama yang termasuk dalam wali songo adalah:
a. Sunan Maulana Malik Ibrahim atau syekh Maghribi (gresik),
b. Sunan Ngampel atau sering disebut sebagai Raden Rahmat (Ngampel Surabaya),
c. Sunan Bonang atau Raden Maulana Makdum Inrahim (Bonang Tuban),
d. Sunan Drajat atau Syarifudin (Sedayu Suranaya),
e. Sunan Giri atau Prabu Satmata atau Sultan Abdul Fakih (Giri Gresik)
f. Sunan Kalijaga (Kadilangu Demak),
g. Sunan Kudus atau Jafar Sodiq (Kudus),
h. Sunan Muria atau Raden Umar Said (Gunung Muria Kudus), dan
i. Sunan Gunung Jati (gunung Jati Cirebon).
Sejarah wali songo ini sebagai penyebar islam di indonesia dibuktikan dengan berdirinya masjid demak di Jawa Tengah. Dimasa para wali songo menyebarkan islam ada seorang wali yang menyebarkan agama yang penyimpang dari jalur ajaran islam yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW. Wali tersebut bersama syekh Siti Jenar yang mengajarakan ‘manunggaling manungsa gusti’ yang artinya bahwa tuhan itu menyatu dengan manusia. Berkembangnya ajaran ini membuat gusar para wali songo karena ajaran ini dianggap menyesatkan.
Agar tidak menyebar lebih luas maka atas kesepakatan bersama maka syekh Siti Jenar dibunuh dengan dipenggal kepalanya.
b. Cara-cara yang dilakukan dalam penyebaran islam di Indonesia
Ada beberapa cara yang dilakukan dalam penyebaran agama islam oleh golongan-golongan penyebar. Cara-cara yang dilakukan dilaksanakan dengan jalan yang damai. Adapun cara –cara penyebaraannya adalah sebagai berikut:
b. Cara-cara yang dilakukan dalam penyebaran islam di Indonesia
Ada beberapa cara yang dilakukan dalam penyebaran agama islam oleh golongan-golongan penyebar. Cara-cara yang dilakukan dilaksanakan dengan jalan yang damai. Adapun cara –cara penyebaraannya adalah sebagai berikut:
1. Perdagangan
Kedatangan pedagang islam dari Persia, arab, Cina, dan Gujarat ke indonesia membawa pengaruh kebudayaan islam bagi masyarakat indonesia. Mereka melakukan perdagangan di tanah Indonesia melalui pesisir pantai dan juga pelabuhan-pelabuhan. Dalam kegiatan perdagaan terseut mereka tinggal untuk sementara atau bahkan menetap di Indonesia. Sebagai umat islam yang mengajarkan agar melakukan dakwah maka mereka sedikit demi sedikit melakukan penyebaran ajaran islam ke Indonesia. Pengajaran agama islam yang dilakukan para pedagang menggugah keyakinan masyarakat Indonesia dari Hindu-Budha menjadiIslam. Akibatnya banyak ditemukan perkampungan-perkampungan yang identik dengan golongan pedagang, seperti kampung pecinan (kampung orang Cina), kampung pekojan (kampung orang Arab), dan kampug keling (orang India).
Kedatangan pedagang islam dari Persia, arab, Cina, dan Gujarat ke indonesia membawa pengaruh kebudayaan islam bagi masyarakat indonesia. Mereka melakukan perdagangan di tanah Indonesia melalui pesisir pantai dan juga pelabuhan-pelabuhan. Dalam kegiatan perdagaan terseut mereka tinggal untuk sementara atau bahkan menetap di Indonesia. Sebagai umat islam yang mengajarkan agar melakukan dakwah maka mereka sedikit demi sedikit melakukan penyebaran ajaran islam ke Indonesia. Pengajaran agama islam yang dilakukan para pedagang menggugah keyakinan masyarakat Indonesia dari Hindu-Budha menjadiIslam. Akibatnya banyak ditemukan perkampungan-perkampungan yang identik dengan golongan pedagang, seperti kampung pecinan (kampung orang Cina), kampung pekojan (kampung orang Arab), dan kampug keling (orang India).
2. Perkawinan
Proses Islamisasi di Indonesia juga melalui hubungan kekerabatan. Para pedagang yang menetap di Indonesia melakkukan perkawinan dengan masyarakat Indonesi. Hal ini dijadikan sebagai taktik dakwah yang paling efektif dalam penyebaran agama islam pada masa itu. Dari perkawinan itu maka akan dihasilkan keluarga muslim dan kemudian berkembang menjadi suatu perkampungan muslim.
Proses Islamisasi di Indonesia juga melalui hubungan kekerabatan. Para pedagang yang menetap di Indonesia melakkukan perkawinan dengan masyarakat Indonesi. Hal ini dijadikan sebagai taktik dakwah yang paling efektif dalam penyebaran agama islam pada masa itu. Dari perkawinan itu maka akan dihasilkan keluarga muslim dan kemudian berkembang menjadi suatu perkampungan muslim.
3. Politik
Proses ini dilakikan oleh golongan sufi dan wali. Sufi maupun wali yang memiliki kelebihan memasuki kerajaan dan merubah keyakina raja. Biasanya awalnya mereka menjadi seorang penasehatspiritual kemudian melakukan penyebaran terhadap para pejabat-pejabat kerajaan. Setelah raja dan para pejabatnya menganut keyakinan islam maka rakyatpun mengikuti keyakinan raja untuk masuk islam.
Contohnya: kerajaan di Indonesia yang menyebarkan islam adalah samudra Pasai dan Demak.
Proses ini dilakikan oleh golongan sufi dan wali. Sufi maupun wali yang memiliki kelebihan memasuki kerajaan dan merubah keyakina raja. Biasanya awalnya mereka menjadi seorang penasehatspiritual kemudian melakukan penyebaran terhadap para pejabat-pejabat kerajaan. Setelah raja dan para pejabatnya menganut keyakinan islam maka rakyatpun mengikuti keyakinan raja untuk masuk islam.
Contohnya: kerajaan di Indonesia yang menyebarkan islam adalah samudra Pasai dan Demak.
4. Tasawuf
Metode penyebaran cara ini dilakukan oleh para sufi yang datang ke Indonesia. Secara termologi bahasa taswuf berasal dari kata sufi yang berarti wol atau bulu domba. Artinya bahwa pada masa itu para sufi selalu menggunakan senban putih yang terbuat dari wol yang berasal dari bulu domba.metode penyebaran islam dengan cara tasawuf membawa dampak pengaruh yang signifikan. Cara pengajarannya yaitu dengan jalan memberikan jalan yang mengandung persamaan dengan alam pikiran seperti pada mistik orang Indonesia Hindu, sehingga islam sebagai agama baru mudah diterima.
Metode penyebaran cara ini dilakukan oleh para sufi yang datang ke Indonesia. Secara termologi bahasa taswuf berasal dari kata sufi yang berarti wol atau bulu domba. Artinya bahwa pada masa itu para sufi selalu menggunakan senban putih yang terbuat dari wol yang berasal dari bulu domba.metode penyebaran islam dengan cara tasawuf membawa dampak pengaruh yang signifikan. Cara pengajarannya yaitu dengan jalan memberikan jalan yang mengandung persamaan dengan alam pikiran seperti pada mistik orang Indonesia Hindu, sehingga islam sebagai agama baru mudah diterima.
5. Pendidikan
Jalur penyebaran melalui pendidikan diawali dengan berdirinya beberapa pesabtereb yang pertama kali berdiri yaitu di Demak tepatnya di masjid Demak. Tempat ini menjadi pusat pendidikan ajaran islam di Indonesia khususnya Pulau Jawa. Pemimpin dan pengajar dari pesabtern-pesantren adalah para wali.
Jalur penyebaran melalui pendidikan diawali dengan berdirinya beberapa pesabtereb yang pertama kali berdiri yaitu di Demak tepatnya di masjid Demak. Tempat ini menjadi pusat pendidikan ajaran islam di Indonesia khususnya Pulau Jawa. Pemimpin dan pengajar dari pesabtern-pesantren adalah para wali.
6. Kesenian
Para penyebar islam pada masa tersebut pada awalnya cukup kesulitan dalam mengajarkan ajaran islam. Tetapi setelah berbaur dengan masyarakat yang cukup lama dan kemudian menganal bentuk-bentuk kesenian maka para penyebar agama islam menggunakan media ini sebagai alat melakukan menyebaran islam. Setiap tradisi dari masyarakat disusupi dengan cerita-cerita tentang ajaran islam. Hal ini seperti yang diajarkan oleh sunan Kali Jaga menggunakan media wayang sebagai alat penyebaran islam.
c. Bukti Penyebaran Islam di Indonesia
Beberapa bukti sejarah mengenai masuknya islam di Indonesia adalah berupa prasati islam (kebanyakan batu-batu nisan dan sejumlah catatan para musafir). Dalam bukti-bukti ini banyak ditemukan tulisa-tulisan yang menggunakan huruf dan bahasa arab. Isi dari prasasti ini yaitu tentang kehidupan dari para penyebar agama islam. Misalnya, batu nisan tertua yang masih ada dan masih dapat dibaca dengan jelas, ditemukan di leran, Jawa Tengah dan berangka tahun 475 H (1082). Batu nisan yang ditemukan ini milik seorang muslimah yang bernama Maimun. Di amping itu juga ditemukan batu nisan Sultan Sulaiman bin Abdullah bin Al-Basir di Sumatera Utara.
Para penyebar islam pada masa tersebut pada awalnya cukup kesulitan dalam mengajarkan ajaran islam. Tetapi setelah berbaur dengan masyarakat yang cukup lama dan kemudian menganal bentuk-bentuk kesenian maka para penyebar agama islam menggunakan media ini sebagai alat melakukan menyebaran islam. Setiap tradisi dari masyarakat disusupi dengan cerita-cerita tentang ajaran islam. Hal ini seperti yang diajarkan oleh sunan Kali Jaga menggunakan media wayang sebagai alat penyebaran islam.
c. Bukti Penyebaran Islam di Indonesia
Beberapa bukti sejarah mengenai masuknya islam di Indonesia adalah berupa prasati islam (kebanyakan batu-batu nisan dan sejumlah catatan para musafir). Dalam bukti-bukti ini banyak ditemukan tulisa-tulisan yang menggunakan huruf dan bahasa arab. Isi dari prasasti ini yaitu tentang kehidupan dari para penyebar agama islam. Misalnya, batu nisan tertua yang masih ada dan masih dapat dibaca dengan jelas, ditemukan di leran, Jawa Tengah dan berangka tahun 475 H (1082). Batu nisan yang ditemukan ini milik seorang muslimah yang bernama Maimun. Di amping itu juga ditemukan batu nisan Sultan Sulaiman bin Abdullah bin Al-Basir di Sumatera Utara.
Serangkaian penemuan batu-batu nisan yang bertuliskan bahasa arab ini menandakan bahwa ajaran islam berkembang di Indonesia. Setiap batu nisan ditemukan memilki cerita dan kejayaan dari pemilik batu nisan tersebut dalam mengajarkan ajaran islam di daerahnya. Disamping batu nisan juga banyak ditemukan kitab-kitab Al-Qur’an kuno yang ditulis oleh orang indonesia pada tahun 1211 M. Al-Qur’an tersebut juga menjadi bukti berkembnagnya ajaran islam pada waktu itu serta juga ditemukan berbagai bangunan masjid tuan, seperti masjid Demak da Jawa Tengah.
Selain itu, ada pula bukti-bukti lain yang berasal dari beberapa catatan musafir yang juga dapat dijadukan tentang keberadaan islam di Nusantara, yaitu:
1. Berita cerita dari zaman tang. Sumber berita ini menceritakan bahwa orang ta-shih yang tidak jadi menyerang kerajaan Holoing dibawah pimpinan ratu Sima pada tahun 674 M. kata Ta-shih adalah penafsiran dari orang arab.
2. Berita arab yang menceritakan pada abad ke-8 banyak pedagang isalam dari Timur Tengah datang ke Sriwijaya untuk melakukan transaksi perdagangan. Mereka menyebut Sriwijaya sebagai Sribuza, Zabay, Zabag.
3. Marcopolo ketika melakukan perjalanan dari Cina menuju Persia mereka menemukan pedagang Arab Gujarat yang menyebarkan ajaran islam di Indonesia.
4. Ma Huan, adalah tokoh muslim yang berkebengsaan Cina. Ia melakukan perjalanan lewat pesisir Jawa pada tahun 1416. Dalam perjalananya ia menemukan tiga golongan penduduk indonesia yang terdiri dari orang muslim dari Barat, orang Cina, dan penduduk asli Jawa.
5. Tome Pires dalam menyatakan bahwa sebagian besar raja-raja Sumetara adalah beragama islam. Pernyataan ini dituangkan dalam bukunya yang berjudul Suma Oriental.
d. Perkembangan Tradisi Islam dari abad ke-15 sampai abad ke-18
Pasa abad ke-15 sampai ke-18 banyak berdiri kerajaan islam di indonesia akibat mulai dikenalnya ajaran islam oleh masyarakat indonesia. Munculnnya kerajaan-kerajaan islam ini dipacu oleh latar belakang ekonomi dan politik masyarakat indonesia. Pengarung dua bidang ini berawal dari proses perdagangan yang terjadi oleh para edagang islam di Indonesia. Pada abad ini ada tiga pusat kerajaan yang berkembang ajaran islamnya. Tiga kerajaan tersebut adalah Samudera Pasai, malaka, dan Majapahit. Kemudian berkembang sampai di Ternate pada tahun 1430. Kemudian islam mulai berkembang sampai keseluruh Nusantara.
Sejak pesatnya ajaran islam berkembang di Nusantara pada abad ke-16, maka kerajaan-kerajaan di Indonesia mulai berpaling paham ke ajaran islam. Maka tidak heran di Indonesia mulai berdiri kerajaan-kerajaan islam. Berkembangnya ajaran islam di indonesia dengan cepat ini disebabkan oleh beberapa hal. Seperti di ungkapkan oleh Sartono Kartodirjo yang menjelaskan bahwa pesatnya perkembangan islam di Indonesia di sebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. Suasana keterbukaan di kota-kota pelabuhan, sehingga menyebabkan terjadinya mobilitas sosial, seperti berpindah agama.
2. Pada saat yang bersamaan terjadi disintegrasi dam disorientasi pada masa lama, sehingga diperlukan nilai-nilai baru, dalam hal ini islam.
3. Merosotnya kekuasaan Hindu –Jawa memnyebabkan terjdinya perubahan struktur kekuasaan .
Disamping itu ajaran islam yang mudah dikenal masyarakat Indonesia juga sebagai faktor utama dari pesatnya berlembangnya ajaran islam. Ajaran islam mudah diterima oleh masyarakat Indonesia karena ajaran bisa menyatu dengan budaya setempat dan juuga tidak mengenal suatu bentuk kasta.
Aliran sufisme dan mistik juga membawa pengaruh terhadap berkembangnyaajaran islam di Indonesia. Pada abad ke-16 sampai 17 aliran ini menyatu dengan kebudayaan Indonesia. Banyak para tokoh islam mampu menggunakan kemampuan diluar akal manusia untuk menyembuhkan berbagai penyakit maupun membantu masalah masyarakat indonesia dari bencana-bencana menambah keyakinan masyarakat indonesia untuk memeluk ajaran islam. Dengan demikian penyebaran ajaran islam juga telah dilakukan dengan berbagai metode sehingga dapat memangkas sedikit demi sedikit ajaran Hindu-Budha di Indonesia.
Tradisi islam yang berkembang dengan pesat juga terjadi di beberapa daerah. Banten yang diislamkan Demak, meluaskan agama Islam ke Sumatera Selatan khususnya lampung. Penyebaran agama islam ke Indonesia Timur juga melalui hubungan pedagangan, misalnya proses islamisasi di daerah maluku terjadi melalui hubungan dengan Jawa, yaitu melalui suan Giri dari Gresik yang merupakan pusat penyebaran itu. Sejak abad ke-15 Sulawesi Selatan juga telah di islamkan oleh Dato’ ri Bandang dari Minangkabau. Pengaruh islam dari Lingga di Riau sangat besar dikalimantan Barat. Islam juga tersebar di kepulauan Nusa Tenggara melalui Makasar.
No comments:
Post a Comment