KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan
seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan kaya ilmiah yang berjudul “Pergaulan Remaja
Masa Kini”.
Penulisan karya ilmiah ini untuk memenuhi tugas Mata
pelajaran bahasa Indonesia semester II SMP NEGERI 1 BOJONGMANGU. Penulisan
karya ilmiah ini dapat dilaksanakan atas bantuan dan bimbingan dari guru
pembimbing kami yang bernama Cicih
Heniati S.Pd . Oleh karena itu, kami berterima kasih kepada guru pembimbing kami ini .
Kami menyadari bahwa karya ilmiah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar kaya ilmiah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata, mudah-mudahan karya
ilmiah ini dapat bermanfaat dan mendidik para remaja ke jalan yang sewajarnya.
Bekasi, 03 Maret 2012
Bekasi, 03 Maret 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………….…...
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..…
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………….…….
A. Latar
Belakang………………………………………………………………………
B. Tujuan Penulisan……………………………………………………………………...
C. Sistematika
Penulisan…………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………………
A. Pengertian
Remaja……………………………………………………………………
B. Pergaulan
Remaja Masa Kini…………..………………………………………………
C. Factor-Faktor
Timbulnya Pergaulan Bebas Terhadap Remaja………………………....
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………..
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………
B. Saran…………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
http://taufikanugrah.blogspot.com/2010/02/latar-belakang-pergaulan-bebas.html
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2203316-tujuan-pendidikan-agama/#ixzz1o232AqNH
http://www.studentmagz.com/2011/06/pergaulan-remaja-saat-ini.html
http://ariefhikmah.com/zina/zina-menurut-hukum-islam/
http://blog.tp.ac.id/faktor-faktor-penyebab-timbulnya-perilaku-menyimpang-pada-remaja
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Melihat berbagai fakta yang terjadi saat ini, tidak sedikit
para pemuda dan pemudi yang terjerumus ke dalam lembah perzinahan (Free sex),
disebabkan terlalu jauhnya kebebasan mereka dalam bergaul, faktor utama
masalahnya adalah kurangnya pemahaman masyarakat saat ini terhadap batas-batas
pergaulan antara pria dan wanita.
Disamping itu didukung oleh arus modernisasi yang telah
mengglobal dan lemahnya benteng keimanan kita mengakibatkan masuknya budaya
asing tanpa penyeleksian yang ketat. Kita telah mengetahui bahwa sebagian besar
bangsa barat adalah bangsa sekuler, seluruh kebudayaan yang mereka hasilkan
jauh dari norma-norma agama.
Hal ini tentunya bertentangan dengan budaya Indonesia yang
menjujung tinggi nilai agama dan pancasila. Tidak ada salahnya jika kita
mengatakan pacaran adalah sebagian dari pergaulan bebas. Saat ini pacaran sudah
menjadi hal yang biasa bahkan sudah menjadi kode etik dalam memilih calon
pendamping. Fakta menyatakan bahwa sebagian besar perzinahan disebabkan oleh
pacaran. Bila kita menengok kebelakang tentang kebudayaan Indonesia sebelumnya,
pacaran (berduaan dengan non muhrim) merupakan hal yang tabu. Dari sini kita
dapat menyimpulkan bahwa pacaran memang tidak dibenarkan dan tidak sesuai
dengan budaya Indonesia, demikian juga dengan budaya islam.
B. Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1) Menjadikan
remaja masa kini menjadi lebih baik .
2) Menjadikan
remaja masa kini lebih mengenal agama yang dianutnya agar tidak terjerumus dalam derasnya era
globalisasi.
3) Dengan
adanya remaja yang tidak terkena arus
globalisasi atau pergaulan bebas, akan tercipta suatu negara yang aman
dan sejahtera sesuai pancasila dan norma-norma agama .
4) Menanamkan
keimanan, pemahaman,penghayatan, dan pengalaman peserta didik agar menjadi
manusia yangberiman, bertaqwa serta berakhlak mulia
C. Sistematika
Penulisan
Sistematika penulisan
dalam karya ilmiah ini adalah :
I. Kata
pengantar
II. Daftar
isi
III. Bab I
pendahuluan
IV. Bab II pembahasan
V. Bab III
penutup
VI. Daftar
pustaka
Bab II
Pembahasan
A.Pengertian Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti
tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang
lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik
(Hurlock, 1992). Pasa masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas
karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994)
bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena
remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.
Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan
dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/
fungsi untuk memasuki masa dewasa.
Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan
21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.
B.Pergaulan Remaja Masa Kini
Pergaulan remaja masa kini sangat didukung
oleh fasilitas dunia maya atau internet. Hampir semua remaja di seluruh
Indonesia menggunakan facebook atau black berry messanger sebagai sarana untuk
berkomunikasi dengan sesamanya. Memiliki piranti black berry dianggap sebagai
sesuatu keharusan dalam pergaulan mereka. Memang diakui penggunaan alat
komunikasi yang satu ini sangat cepat dan efektif untuk berbagi informasi baik
yang benar ataupun salah. Terkadang gadget yang satu ini menjadi penghalang
bagi remaja untuk belajar dengan serius.
Pergaulan
remaja saat ini juga di warnai dengan permainan-permainan ala dunia virtual.
Permainan yang terdapat di internet atau playstation dan sejenisnya bukanlah
hal yang asing bagi mereka. Remaja saat ini sangat lihai dalam mengoperasikan
hal-hal yang demikian. Dengan bermain, mereka saling berkomunikasi dan bersaing
untuk memenangkan permainan. Namun sangat di sayangkan tidak semua permainan
jenis ini dapat digunakan secara bersama-sama. Hal ini mengakibatkan kurang
meluasnya sosialiasi mereka.Pergaulan remaja saat ini lebih bebas dibandingkan
dengan remaja-remaja dari periode waktu sebelumnya. Jam malam sudah tidak
berlaku efektif bagi remaja. Hal ini dapat dilihat dengan menjamurnya
remaja-remaja yang menonton bioskop midnight atau hang out di café sampai larut
malam. Hal inilah yang memicu kepada pergaulan bebas yang marak di siarkan
dimana-mana. Pergaulan mereka tidak lagi hanya sebatas teman namun mulai
mengarah kepada percintaan yang serius. Dimana percintan yang serius ini juga
memicu prilaku seks bebas yang marak di saat-saat ini.
Keterbukaan remaja saat ini tentang hal yang
berbau seks sangatlah lumrah. Seks bukanlah hal yang tabu untuk di bicarakan,
bahkan remaja saat ini diarahkan agar tidak memiliki prilaku seks yang
menyimpang. Mereka diajarkan mengenai seksualitas mereka masing-masing.
Hal berikutnya yang menarik dengan
pergaulan remaja saat ini adalah dengan begitu kentalnya predikat anak mami
yang akhir-akhir ini populasinya semakin meningkat. Dalam hal ini dapat
dikatakan bahwa kemandirian remaja saat ini sangatlah minim. Terlalu banyak
fasilitas yang diberikan dan terlalu banyak juga ikut campur orangtua dalam
kehidupan sehari-hari mereka sehingga remaja saat ini tidak bisa menilai dengan
cepat apa yang salah dan apa yang benar. Hal ini mungkin di picu dengan
maraknya penggunaan baby sitter dan jasa pembantu rumah tangga lainnya.
Pengunaan yang berlebihan mengakibatkan kemalasan bagi remaja untuk melakukan
segala sesuatunya dengan mandiri.
Selain hal diatas,
salah satu kekhawatiran dari pergaulan remaja saat ini adalah mulai
terinspirasinya mereka dengan pergaulan sesame jenis yang mengarah kepada
percintaan sesame jenis. Hal ini mulai menjadi hal yang umum dengan semakin
terbukanya negara Indonesia terhadap globaliasi dan pengaruh negara-negara lain
yang melegalisir aktivitas seksual tersebut.
C.Faktor-Faktor
Timbulya Pergaulan Bebas Terhadap Remaja
Banyak faktor artikel ini disalin dari website
http://blog.tp.ac.id yang menyebabkan timbulnya prilaku menyimpang dikalangan
para remaja. Di antaranya adalah sebagai berikut:
•Pertama, longgarnya pegangan terhadap agama .
Sudah menjadi tragedi dari dunia maju, dimana segala sesuatu
hampir dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan beragam mulai
terdesak, kepercayaan kepada Tuhan tinggal simbol, larangan-larangan dan
suruhan-suruhan Tuhan tidak diindahkan lagi. Dengan longgarnya pegangan
seseorang peda ajaran agama, maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada di dalam
dirinya. Dengan demikian satu-satunya alat pengawas dan pengatur moral yang
dimilikinya adalah masyarakat dengan hukum dan peraturanya. Namun biasanya
pengawasan masyarakat itu tidak sekuat pengawasan dari dalam diri sendiri.
Karena pengawasan masyarakat itu datang dari luar, jika orang luar tidak tahu,
atau tidak ada orang yang disangka akan mengetahuinya, maka dengan senang hati
orang itu akan berani melanggar peraturan-peraturan dan hukum-hukum sosial itu.
Dan apabila dalam masyarakat itu banyak orang yang melakukuan pelanggaran
moral, dengan sendirinya orang yang kurang iman tadi tidak akan mudah pula
meniru melakukan pelanggaran-pelanggaran yang sama.
Tetapi jika setiap orang teguh keyakinannya kepada Tuhan
serta menjalankan agama dengan sungguh-sungguh, tidak perlu lagi adanya
pengaewasan yang ketat, karena setiap orang sudah dapat menjaga dirinya
sendiri, tidak mau melanggar hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan.
Sebaliknya dengan semakin jauhnya masyarakat dari agama, semakin sudah
memelihara moral orang dalam masyarakat itu, dan semakin kacaulah suasana,
karena semakin banyak pelanggaran-pelanggaran, hak, hukum dan nilai moral
.
•Kedua, kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan
oleh rumahtangga, sekolah maupun masyarakat.
Pembinaan moral yang dilakukan oleh ketiga institusi ini
tidak berjalan menurut semsetinya atau yang sebiasanya. Pembinaan moral dirumah
tangga misalnya harus dilakukan dari sejak anak masih kecil, sesuai dengan
kemampuan dan umurnya. Karena setiap anak lahir, belum mengerti mana yang benar
dan mana yang salah, dan belum tahu batas-batas dan ketentuan moral yang tidak
berlaku dalam lingkungannya. Tanpa dibiasakan menanamkan sikap yang dianggap
baik untuk manumbuhkan moral, anak-anak akan dibesarkan tanpa mengenal moral itu.
Pembinaan moral pada anak dirumah tangga bukan dengan cara menyuruh anak
menghapalkan rumusan tentang baik dan buruk, melainkan harus dibiasakan. Zakiah
Darajat mangatakan, moral bukanlah suatu pelajaran yang dapat dicapai dengan
mempelajari saja, tanpa membiasakan hidup bermoral dari sejak keci. Moral itu
tumbuh dari tindakan kepada pengertian dan tidak sebaliknya.
Seperti halnya rumah tangga, sekolahpun dapat mengambil
peranan yang penting dalam pembinaan moral anak didik. Hendaknya dapat
diusahakan agar sekolah menjadi lapangan baik bagi pertumuhan dan perkembangan
mental dan moral anak didik. Di samping tempat pemberian pengetahuan,
pengembangan bakat dan kecerdasan. Dengan kata lain, supaya sekolah merupakan
lapangan sosial bagi anak-anak, dimana pertumbuhan mantal, moral dan sosial
serta segala aspek kepribadian berjalan dengan baik. Untuk menumbuhkan sikap
moral yang demikian itu, pendidikan agama diabaikan di sekolah, maka didikan
agama yang diterima dirumah tidak akan berkembang, bahkan mungkin terhalang.
Selanjutnya masyarakat juga harus mengambil peranan dalam
pembinaan moral. Masyarakat yang lebih rusak moralnya perelu segera diperbaiki
dan dimulai dari diri sendiri, keluarga dan orang-orang terdekat dengan kita.
Karena kerusakan masyarakat itu sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan moral
anak-anak. Terjadinya kerusakan moral dikalangan pelajar dan generasi muda
sebagaimana disebutakan diatas, karena tidak efektifnnya keluarga, sekolah dan
masyarakat dalam pembinaan moral. Bahkan ketiga lembaga tersebut satu dan
lainnya saling bertolak belakang, tidak seirama, dan tidak kondusif bagi
pembinaan moral.
• Ketiga,
dasarnya harus budaya materialistis, hedonistis dan sekularistis.
Sekarang ini sering kita dengar dari radio atau bacaan dari
surat kabar tentang anak-anak sekolah menengah yang ditemukan oleh gurunya atau
polisi mengantongi obat-obat, gambar-gambar cabul, alat-alat kotrasepsi seperti
kondom dan benda-banda tajam. Semua alat-alat tersebut biasanya digunakan untuk
hal-hal yang dapat merusak moral. Namun gajala penyimpangan tersebut terjadi
karena pola hidup yang semata-mata mengejar kepuasan materi, kesenangan hawa
nafsu dan tidak mengindahkan nilai-nilai agama. Timbulnya sikap tersebut tidak
bisa dilepaskan dari derasnya arus budaya matrealistis, hedonistis dan
sekularistis yang disalurkan melalui tulisan-tulisan,bacaan-bacaan,
lukisan-lukisan, siaran-siaran, pertunjukan-pertunjukan dan sebagainya.
Penyaluran arus budaya yang demikian itu didukung oleh para penyandang modal
yang semata-mata mengeruk keuntungan material dan memanfaatkan kecenderungan
para remaja, tanpa memperhatikan dampaknya bagi kerusakan moral. Derasnya arus
budaya yang demikian diduga termasuk faktor yang paling besar andilnya dalam
menghancurkan moral para remaja dan generasi muda umumnya.
•Keempat, belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari
pemerintah.
Pemerintah yang diketahui memiliki kekuasaan (power), uang,
teknologi, sumber daya manusia dan sebagainya tampaknya belum menunjukan
kemauan yang sungguh-sunguh untuk melakuka pembinaan moral bangsa. Hal yang
demikian semaikin diperparah lagi oleh adanya ulah sebagian elit penguasa yang
semata-mata mengejar kedudukan, peluang, kekayaan dan sebagainya dengan
cara-cara tidak mendidik, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme yang hingga
kini belum adanya tanda-tanda untuk hilang. Mereka asik memperebutkan
kekuasaan, mareri dan sebagainya dengan cara-cara tidak terpuji itu, dengan
tidak memperhitungkan dampaknya bagi kerusakan moral bangsa. Bangsa jadi
ikut-ikutan, tidak mau mendengarkan lagi apa yang disarankan dan dianjurkan
pemerintah, karena secara moral mereka sudah kehiangan daya efektifitasnya.
Sikap sebagian elit penguasa yang demikian itu semakin
memperparah moral bangsa, dan sudah waktunya dihentikan. Kekuasaan, uang, teknologi
dan sumber daya yang dimiliki pemerintah seharusnya digunakan untuk merumuskan
konsep pembinaan moral bangsa dan aplikasinya secara bersungguh-sungguh dan
berkesinambunga.
Bab III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
•Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti
tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang
lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik
(Hurlock, 1992). Pasa masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas
karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
•Pergaulan remaja masa kini sangat didukung oleh fasilitas
dunia maya atau internet. Hampir semua remaja di seluruh Indonesia menggunakan
facebook atau black berry messanger sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan
sesamanya. Memiliki piranti black berry dianggap sebagai sesuatu keharusan
dalam pergaulan mereka. Memang diakui penggunaan alat komunikasi yang satu ini
sangat cepat dan efektif untuk berbagi informasi baik yang benar ataupun salah.
Terkadang gadget yang satu ini menjadi penghalang bagi remaja untuk belajar
dengan serius.
•Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya prilaku menyimpang
dikalangan para remaja. Di antaranya adalah sebagai berikut : Pertama,
longgarnya pegangan terhadap agama ; Kedua, kurang efektifnya pembinaan moral
yang dilakukan oleh rumahtangga, sekolah maupun masyarakat ; Ketiga, dasarnya
harus budaya materialistis, hedonistis dan sekularistis ; Keempat, belum adanya
kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah.
B.SARAN
PENULIS
Bagi pembaca
diharapkan dapat membuat prinsip agar tidak mengikuti nafsunya, dan dapat
menggunakan akal pikirnya supaya tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas yang
diciptakan oleh arus globalisasi.
No comments:
Post a Comment