Tiga puluh satu Januari dua ribu sebelas, hari yang di tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Rangga nampak senang sekali. Bagaimana tidak? Pada malam pergantian tahun kali ini Rangga akan tampil di sebuah parade music bersama band-nya yang beranggotakan 5 orang, diantaranya Rangga, Dimas, Kiki, Wahyu dan Rama.
Seminggu yang lalu, Rangga diberi tawaran untuk tampil di acara tersebut, tanpa pikir panjang, Rangga langsung menerima tawaran tersebut. Selama seminggu itu, Rangga dan kawan-kawannya sering berlatih.
Malam akhir tahun tiba, Rangga dan kawan-kawannya pun tiba di tempat acara. Tanpa disadari, ternyata kakaknya Dimas yang bernama Citra datang untuk menyaksikan Dimas, adiknya. Karena sebelumnya Rangga telah mengenal Citra, akhirnya Rangga menyapa Citra.
“Eh, kakak. Mau nonton juga?” Tanya Rangga sedikit malu.
“Iya nih, pengen liat Dimas.” Jawab Citra disambut dengan senyuman oleh Rangga.
“Bentar lagi aku manggung nih kak.” Suara Dimas mengagetkan Citra.
“Iya, de. Semoga lancar yah.” Ucap Citra tulus.
Tibalah giliran mereka tampil. Ketika sedang asik-asiknya tampil, tanpa Rangga sadari ternyata Citra memandangi Rangga dengan permainan drum-nya. Ternyata diam-diam Citra mangagumi Rangga.
Acara pun berakhir. Rangga dan kawan-kawannya berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing. Setelah melihat penampilan Rangga tadi, Citra terus terbayang wajah Rangga. Tanpa banyak pikir, Citra pun bercerita kepada Dimas tentang kekagumannya terhadap Rangga.
“Dim, tadi si Rangga mainnya keren banget, kakak jadi suka sama dia.” Ujar Citra.
“Yang bener?” Dimas terkejut.
“Beneran, tapi kakak malu dia lebih muda dari kakak.”
“Iya udah, kalo suka mah gak papa. Entar aku bilangin sama Rangga.”
“Terserah deh, asal jangan berlebihan aja.”
“Oke bos!”
Seminggu kemudian, Rangga kembali masuk sekolah, sesampainya di sekolah, Dimas bertemu dengan Rangga. Mereka langsung berbincang-bincang membahas tentang liburan mereka. Tiba-tiba saja Dimas mengalihkan pembicaraan.
“Eh, Rangga kakak gua suka penampilan elu pas manggung kemaren tau.”
“Yang bener lu?” Rangga terkejut nampak tak percaya.
“Beneran, gua aja heran kenapa bisa begitu.”
“Hahaha, asik banget dong.”
Seminggu setelah kejadian itu, Citra menghubungi Rangga. Akhirnya mereka saling kenal dan sering bertukar cerita. Karena Rangga merasa mempunyai banyak kecocokan dengan Citra, akhitnya Rangga menyimpan perasaan lebih terhadap Citra yang usianya lebih tua dari Rangga. Akhirnya Rangga mencoba menyatakan perasaannya kepada Citra dan tak lama kemudian mereka saling merajut kasih.
Empat bulan mereka menjalin hubungan, tangis, canda serta tawa mereka lewati bersama. Namun, suatu ketika mereka mendapat masalah yang menimbulkan hubungannya retak dan membuat hubungannya berakhir.
Rangga tetap tidak rela berpisah dari Citra. Tiga hari kemudian, Citra menghubungi Rangga untuk mengajaknya bertemu di sebuah pusat perbelanjaan. Tanpa berpikir panjang Rangga langsung menyetujuinya dan bergegas menemui Citra.
Sesampainya di sana Rangga langsung menghampiri Citra yang tengah duduk di sebuah restorant.
“Hai, apa kabar?” Sapa Rangga
“Baik, kamu sendiri?”
“Alhamdulillah baik juga, ngomong-ngomong ada apa kamu pengen kita ketemu di sini?” Tanya Rangga.
“Aku mau jelasin kenapa aku ngajak putus. Karena aku gak mau ngerusak masa depan kamu yang masih jauh, kamu masih banyak waktu buat seneng-seneng, dan kamu juga masih bisa cari cewek lain yang lebih baik, sedangkan aku engga. Sudah waktunya aku mencari calon suami.Usiaku sudah menginjak 25 tahun, sedangkan kamu masih 18 tahun. Apa mungkin kamu bisa menghidupi aku? Engga kan?” Citra mencoba menjelaskan.
“Iya makasih, aku bisa terima alasan kamu sekarang, makasih juga karena selama aku sama kamu aku bisa belajar banyak tentang kedewasaan. Kamu juga harus tau, kalo aku gak akan pernah lupain kamu.” Jawab Rangga.
Air mata Citra pun tidak dapat terbendung lagi. Sebenarnya Rangga pun merasa sedih, namun Rangga mencoba menutupinya. Rangga segera meninggalkan Citra dengan penuh kekecewaan.
Dengan penuh amarah Rangga pun mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Rangga tidak menyadari keberadaan bus yang berada di depannya, dan akhirnya terjadilah kecelakaan maut itu.
Nyawa Rangga pun tak tertolong. Kesedihan menyelimuti keluarga Rangga. Yang sangat di sayangkan, Citra tak mengetahui kejadian ini. Rangga pergi untuk selamanya dengan membawa cinta sejati untuk Citra.
----------SEKIAN---------
No comments:
Post a Comment