Kepemimpinan
yang ideal adalah kepemimpinan yang menempatkan hidap sebagai pelayanan
dan bukan hanya pada karir semata. Pada saat ini kita melihat betapa
besarnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan, terutama dari para
pemimpin pendidikan sebab melalui pendidikan akan tercipta perubahan
yang positif. Spirit pelayanan ini semestinya menyerap dalam sanubari
seluruh anggota masyarakat, karena pelayanan merupakan salah satu sumber
kebahagiaan walaupun kita tidak akan dapat kebahagiaan itu secara
langsung melainkan sebagai hasil tambahan dan nilai tambah dari
pelayanan yang kita lakukan.Pelayanan yang diberikan secara ikhlas
memberi kebahagiaan kepada yang dilayanidan yang melayani
Masyarakat
selalu menuntut terhadap peningkatan mutu pendidikan, sebab dengan
meningkatnya mutu pendidikan akan berdampak positif terhadap peningkatan
Sumber daya Menusia ( SDM), untuk merespons tuntutan masyarakat
tersebut maka belakangan ini bermunculan sekolah favorit dengan bermacam
macam nama seperti Sekolah Unggul, Sekolah Terpadu, Sekolah
Percontohan, dan seterusnya. Di beberapa negara maju gerakan ini
dinamakan dengan ide Sekolah Efektif. Ciri utama sekolah efektif,
berdasarkan berbagai riset meliputi: (a) kepemimpinan instruksional yang
kuat; (b) harapan yang tinggi terhadap prestasi siswa; (c) adanya
lingkungan belajar yang tertib dan nyaman; (d) menekankan kepada
keterampilan dasar; (e) pemantauan secara kontinyu terhadap kemajuan
siswa; dan (f) terumuskan tujuan sekolah secara jelas (Davis &
Thomas, 1989: 12).
Untuk
mewujudkan sekolah efektif hanya akan tercapai apabila sekolah tersebut
dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang efektif, yang mau berbuat
untuk memajukan sekolahnya dan bukan yang berbuat untuk hanya
menyenangkan atasannya. Kepala sekolah efektif harus mampu membimbing
guru melaksanakan tigasnya dengan baik.
Untuk
mewujudkan sekolah efektif hanya mungkin didukung oleh kepala sekolah
sebagai pemimpin pendidikan yang efektif. Fred M. Hechinger (dalam Davis
& Thomas, 1989: 17) pernah menyatakan: Saya tidak pernah melihat
sekolah yang bagus dipimpin oleh kepala sekolah yang buruk dan sekolah
buruk dipimpin oleh kepala sekolah yang buruk. Saya juga menemukan
sekolah yang gagal berubah menjadi sukses, sebaliknya sekolah yang
sukses tiba-tiba menurun kualitasnya. Naik atau turunnya kualitas
sekolah sangat tergantung kepada kualitas kepala sekolahnya”.
Pandangan
tersebut menganjurkan kepada para kepala sekolah untuk memahami tugas
pokok dan fungsinya sebagai pemimpin pendidikan secara cermat.
Untuk
menjadi kepala sekolah efektif maka sang kepala sekolah harus selalu
melakukan studi tentang kepemimpinan efektif sebab dengan hal
demikianlah kepala sekolah akan memperoleh kemajuan dalam bidang
kepemimpinannya. untuk memperoleh kesusksesan banyak jalan yang harus
ditempuh, Adair (1984) menawarkan ada lima hal yang dapat dilakukan,
yaitu: (1) mengenal diri sendiri dengan Strength, Weaknesess, Opportunities, Threats
(SWOT), (2) berusaha memiliki Kredibilitas, Akseptabilitas, Moralitas,
dan Integritas (KAMI), (3) mempelajari prinsip-prinsip kepemimpinan, (4)
menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan, dan (5) belajar dari umpan
balik.
Secara
obyektif, kehidupan sekolah akan selalu mengalami perubahan sejalan
dengan dinamika pembangunan. Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan
harus berupaya mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya dalam
mengelola perubahan yang terjadi di sekolah. Melihat posisinya sebagai top leader, kepala sekolah efektif akan menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan reformasi pendidikan pada tingkat sekolah.
Dengan
melakukan studi terhadap kepemimpinan sekolah efektif kita dapat
menggali informasi tentang nilai-nilai efektifitas harus dipelihara di
sekolah. Sergiovanni (1987) menjelaskan kriteria sekolah efektif ke
dalam hal-hal berikut:
1. Skor tes UAN meningkat
2. Kehadiran (guru, siswa, staf) meningkat
3. Meningkatnya jumlah PR
4. Meningkatnya waktu untuk penyampaian mata pelajaran
5. Adanya partisipasi masyarakat dan orang tua
6. Partisipasi siswa dalam ekstra kurikuler
7. Penghargaan bagi siswa dan guru
8. Kualitas dukungan layanan bagi siswa dengan kebutuhan khusus
Demikianlah,
kriteria efektifitas sekolah tersebut akan berkembang sesuai dengan
muatan nilai-nilai lokal sekolah, di samping mengikuti standar kinerja
pada umumnya.
Peran Pengawas: Memfasilitasi Sekolah Meraih Keunggulan
Di
negara mana pun pengawas sekolah memerankan tugas yang sangat penting
dalam memastikan bahwa implementasi kebijakan mengarah pada tujuan yang
diharapkan. Kepastian bahwa pelaksanaan program manajerial dan akademik
benar-benar berproses sesuai dengan standar yang telah digariskan.
Pembuktian bahwa proses berjalan sebagaimana yang diinginkan memerlukan
data empirik yang diperoleh dari realita yang ada di sekolah.
Pekerjaan
pengawas itu ilmiah karenanya pekerjaannya berlandaskan ilmu
pengetahuan dan berpijak data yang valid. Atas dasar kecendrungan itu,
pada saat ini pengawas sekolah berkembang ke dalam berbagai tipe,
seperti, pengawas ilmiah, klinis, pembina hubungan antar manusia,
pembina kolaboratif kolegial, sebagai teman sejawat, sebagai pelatih,
sebagai mentor atau pembimbing, pengembang kultur, pengawas ekologi juga
pengawas pengembang mutu sumber daya manusia.
Semua
peran itu bertujuan untuk membaharui pembelajaran, meningkatkan
kepuasan guru atau kepala sekolah, meningkatkan kreasi komunitas
pembelajar, memperluas pengalaman belajar siswa dalam kelas,
menganalisis serta membangun kultur, mengembangkan penerapan bahasa
dalam pembelajaran, dan melakukan pembaharuan strategi pembelajaran
sejalan dengan perkembangan teknologi, dan meningkatkan kecerdasan
sekolah agar adaptif dan bertransformasi terhadap pekembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, serta tantangan kompetisi antar bangsa.
Peran
pengawasan sekolah pada saat ini tidak hanya dilakukan oleh pengawas,
namun terdapat pihak lain yang turut bertanggung jawab terhadap fungsi
pengawasan sekolah, yaitu, guru senior atau teman sejawa, trainer atau
pelatih, mentor, kepala sekolah, pemerintah pusat, dan tentu saja
pengawas. Para pemeran terutama bekerja untuk penjaminan mutu yang
melibatkan pihak internal dan eksternal.
Memfasilitasi Sekolah Meraih Keunggulan Mutu
Tugas
utama pengawasan sekolah adalah untuk meningkatkan keyakinan dan
motivasi warga sekolah agar dapat mewujudkan keunggulan pengelolaan dan
pembelajaran. Keunggulan sekolah harus ditunjang dengan efektifnya
kepemimpinan kepala sekolah, menorong pengawas agar lebih visioner,
Meningkatkan daya kepemiminan sehingga kepala sekolah menjadi lebih
dominan tetapi tidak mendominasi, meningkatkan efektivitas komunikasi
dan kolaborasi dalam pelaksanaan pekerjaan, meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan. Semua karakter keunggulan itu dinyatakan efektif jika
berpengaruh terhadap kegiatan mengajar dan belajar sehingga meningkatkan
mutu mutu lulusan.
Peran
terpenting pengawas adalah meningkatkan motivasi, meningkatkan
keyakinan dapat meraih target tertinggi, meningkatkan pemahaman mengenai
peta posisi kinerja melalui pengukuran terhadap target, membekali guru
dengan ilmu pengetahuan serta keterampilan terbaik. Mengasah
keteramplan guru dalam teknis operasional penunaian tugas mendidik,
mengajar, dan melatih. Memastikan pendidik memenuhi standar prosedur
pembelajaran. Pendidik yang efektif dapat meningkatkan kecakapan
berpikir, mengelola data da informasi, serta menggunakan informasi dalam
menghasilkan berbagai karya inovatif.
Kewajiban
pengawas sebagai pembina, pembimbing, dan pelatih adalah mengembangkan
kapasitas dirinya melalui proses belajar tanpa henti. Pengawas wajib
menambah ilmu pengetahuan dan terampil memantau dan menilai proses dan
produk kepemimpinan dan pengajaran.
Hasil
kegiatan menilai dan memantau adalah terhimpunya informasi data yang
mendeskripsikan perbedaan antara apa yang sebaiknya kepala sekolah dan
guru kerjakan serta apa yang sesungguhnya kepala sekolah dan guru
lakukan. Pengawas juga perlu memahami benar target yang sesungguhnya
kepala sekolah dan guru-guru tetapkan. Dengan membandingkan antara yang
kepala sekolah dan guru raih dengan apa yang seharusnya mereka capai
maka pengawas akan mengenali keunggulan dan kelemahan pelaksanaan tugas
kepala sekolah dan guru dalam mewujudkan target lembaga. Pengenalan
terhadap itu, akan meningkatkan pemahaman pengawas mengenai masalah yang
harus dipecahkan di sekolah.
Merumuskan
pernyataan masalah, menghimpun informasi yang diperlukan untuk
memecahkan masalah, mengeksplorasi berbagai alternatif pemecahan
masalah, menerapkan starategi pemecahan masalah merupakan bagian
substansial pelaksanaan tugas seorang pengawas di sekolah. Di sinilah
letak kebebasan pengawas menafsirkan kondisi nyata sekolah dilihat dari
sisi pandang seorang pembinaan, pembimbing, dan pelatih. Harga pengawas
sekolah di mata kepala sekolah dan guru ditentukan oleh seberapa banyak
dan seberapa baik pengawas mampu merumuskan masalah dan berinovasi
memecahkan masalah sehingga membantu kepala sekolah dan guru
meningkatkan efektivitas kerjanya.
Objek pekerjaan pengawas dalam peningkatan dan penjaminan mutu dapat digambarkan dalam diagram di bawah ini.![](https://lh6.googleusercontent.com/dmbOFNtzBzCwZL7LYQtNR28g4EXroC1oXqmLtg5DwTorhLWYRyGZo-dyLNISX6fZ5C3M9Ptw5XS4xcgZSs-1hroA4YH3QKI0NXl_Qu-XI50Uf2JfkzA)
Diagram
di atas mendeskripsikan bahwa tugas pengawas pada dasarnya adalah
mengembangkan budaya mutu. Ruang lingkup pekerjaannya adalah
meningkatkan dan melakukan penjaminan mutu. Langkah penting berikutnya
adalah melakukan pemantauan dan penilaian sebagai bagian untuk
mengidentifikasi dan merumuskan pernyataan masalah.
Berdasarkan
masalah yang dipahaminya pengawas sekolah melakukan pembinaanan,
mengarahkan pengembangan program dan memantau keterlaksanaan program
manajerial dan akademik. Langkah strategis selanjutnya dalam penerapan
standar adalah mengukur dan menilai mutu lulusan sebagai indikator mutu
utama.
Edward Salis menyatakan bahwa pembaharuan mutu memerlukan perubahan budaya (p.26).
Pada sistem pengelolaan sekolah budaya mutu terepleksikan dalam
nilai-nilai yang berkenaan dengan tujuan dan harapan yang tinggi,
kekompakan bekerja, orientasi pada hasil pekerjaan yang terbaik,
semangat berkolaborasi, dan nilai-nilai kompetitif pada aktivitas
sehari-hari maupun dalam atribut-abtribut fisik sekolah.
Pengawas
profesional berperan sebagai penggerak dalam meningkatkan mutu dan
menguatkan penjaminan untuk memastikan bahwa tujuan sekolah dapat
diwujudkan. Kriteria utamanya ada pada prestasi siswa.
Membangun
budaya mutu perlu waktu dan proses. Di samping itu memerlukan
pengetahuan dan keterampilan mendiagnosis proses dan hasil yang tidak
memenuhi kriteria. Karena itu perbaikan proses dan mengasah
keterampilan untuk menghasilkan produk yang bermutu memerlukan
ketelatenan dan pembaharuan yang terus menerus.
Membangun
budaya mutu memerlukan waktu dan proses, memerlukan pelaksana yang
memahami tugasnya, yang mampu berkolaborasi dan berkomunikasi sehingga
menempatkan diri di tengah dinamika pekerjaan, dan memerlukan pengungkit
motivasi pada saat semua orang menyerah dengan permasalah yang rumit.
Merayakan setiap mutu yang dicapai merupakan hal penting dalam rangka
membangun budaya kerja yang bebas dari kesalahan seperti pada kaizen atau zero defect.
Dalam kondisi tertentu, diperlukan ada pihak yang tepat memberikan
penghargaan terhadap orang yang dapat mewujudkan target mutu sekecil apa
pun. Peran ini pun dapat pengawas lakukan dalam melaksanakan tugas di
sekolah.
TENTANG KEPEMIMPINAN
Jenis-jenis pemimpin
Kepemimpinan merupakan masalah yang mempunyai banyak segi. Oleh karena itu, kita dapat memandangnya dari berbagai sudut: cara pengangkatannya, keresmian kedudukannya, kemampuannya, gaya kepemimpinannya. Dari perbedaan sudut pandang itu kita dapat mengelompokkan pemimpin menjadi beberapa jenis:
Pemipin keturunan - Pemimpin paksaan
Seseorang dapat menjadi pemimpin dengan berbagai cara. Ada yang karena keturunan seperti raja-raja zaman dahulu atau kiai di pesantren. Ada yang karena dipilih menurut aturan pemilihan tertentu, seperti Presiden. Ada yang ditunjuk oleh penguasa yang lebih tinggi, seperti kepala kantor di Indonesia. Ada yang begitu saja tumbuh menjadi pemimpin, seperti kebanyakan pemimpin informal dalam masyarakat pedesaan. Ada yang karena dipaksa oleh keadaan yang mendesak, seperti para tokoh kemerdekaan di pelbagai negara ketika terjadi perebutan kekuasaan.
Pemimpin resmi – pemimpin tidak resmi
Pemimpin resmi adalah pemimpin yang menduduki kursi kepemimpinan yang termasuk dalam suatu lembaga tetap dalam masyarakat. Presiden, menteri, gubernur, kepala desa, adalah contoh pemimpin resmi dalam megara Indonesia. Mereka ini mempunyai nama jabatan dan tugas tanggung jawab yang sudah dirumuskan dengan tegas. Sedangkan pemimpin tidak resmi adalah pemimpin yang tidak menduduki suatu tempat tertentu dalam kerangka struktur kemasyarakatan. Mereka ini tidak memiliki nama jabatan serta tidak dibebani tugas dan tanggung jawab yang jelas. Namun daya kepemimpinannya terasa dalam peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang penting. Mereka mampu menggerakkan dan mengarahkan kegiatan sekelompok orang tertentu untuk mencapai suatu tujuan dan cita-cita bersama.
Pemimpin ideologis – pemimpin eksemplaris
Kepemimpinan menyangkut tiga hal pokok: tujuan dan cita-cita, organisasi kerja, dan kepribadian. Dalam diri seorang pemimpin ketiga hal itu harus ada. Namun, ketiga unsur itu tidk harus memiliki kekuatan yang sama. Ada yang disebut sebagai pemimpin ideologis. Pemimpin jenis ini mungkin tidak ahli dalam menyusun rencana kerja dan pelaksanaannya. Mungkin juga dia tidak memiliki pribadi yang mengesankan. Namun, dia dianugerahi pikiran yang hidup. Otaknya penuh dengan gagasan-gagasan yang bagus. Dia kaya dengan visi yang tinggi-tinggi. Dan, hebatnya lagi, dia mampu merumuskan gagasan dan visi itu secara tepat dan dapat mengkomunikasikannya kepada para pengikutnya dengan cara yang memikat. Melalui gagasan dan visinya itu pemimpin ideologis dapat mempengaruhi dan menggerakkan para pengikutnya. Bahayanya, pemimpin seperti ini mungkin dapat berbicara tentang hal-hal yang muluk dengan cara yang menarik, namun pada umumnya dia tidak mampu membantu para pengikutnya untuk mewujudkan gagasan-gagasan tersebut. Pemimpin jenis ideologis ini perlu didampingi oleh pembantu-pembantu yang mampu menangkap gagasan-gagasan dan visi si pemimpin serta menyusun rencana kerja yang sesuai untuk mewujudkan gagasan-gagasan tersebut.
Ada juga pemimpin organisatoris. Pemimpin jenis ini mungkin hanya mempunyai pikiran-pikiran yang sederhana dan tidak fasih berbicara. Tetapi dia pandai menggerakkan orang melalui kecakapan organisatorisnya. Dia dapat menyusun rencana kerja yang jitu. Dia dapat mengatur kerja sama yang efisien. Dia dapat menolong mereka yang ada di bawah pimpinannya mengatasi kesulitan yang mereka hadapi. Berkat kecakapan organisatorisnya, pemimpin ini berhasil menyatukan dan menggerakkan orang. Bahayanya, pemimpin jenis ini dapat menjadi sedemikian sibuk dengan organisasi, administrasi dan hasil kongkrit yang mau dicapai bersama sehingga melupakan faktor manusia dan dimensi yang lebih luas dari tujuan dan cita-cita yang ingin dicapai. Pemimpin organisatori perlu didampingi dengan penasihat yang dapat menjadi sumber inspirasi dan yang dapat menunjukkan secara lebih luas dan mendalam segi-segi yang terkandung dalam tujuan dan cita-cita bersama itu.
Pemimpin karismatik. Pemimpin jenis ini mampu menggerakkan orang lain melalui kekuatan pribadinya. Entah apa sebabnya, kehadirannya selalu menimbulkan pesona. Ada yang selalu menarik pada dirinya. Karena tertarik kepada pribadinya, orang mudah mengikutinya, mendengarkan nasihatnya dan mentaati perintahnya. Bahayanya, karena para pengikutnya lebih tertarik kepada pribadinya daripada apa yang dikerjakannya demi tercapainya tujuan dan cita-cita bersama, usaha bersama mudah menyimpang dari tujuan semula. Pemimpin jenis ini membutuhkan pendamping yang dapat menjadi sumber gagasan dan pengatur kerja dari usaha bersama itu.
Pemimpin eksemplaris. Pemimpin jenis ini mungkin tidak memiliki gagasan-gagasan yang hebat, daya penggerak masa yang dahsyat atau daya tarik pribadi yang aduhai. Tetapi di memiliki citra hidup yang menjadi sumber pengaruh dan penggerak yang tidak dapat diragukan. Pemimpin ini mampu menciptakan irama dan gaya hidup yang mengesankan. Dengan menyaksikan gaya hidup pemimpin itu, orang lain merasa tergerak, ditarik dan dibuat semangat, bukan menuju ke pribadi pemimpin itu melainkan kepada nilai yang dihayatinya dan cita-cita yang melandasi hidupnya. Dengan praktek hidupnya, diam-diam orang itu mengajak orang lain untuk menghayati dan mengejar nilai dan cita-cita hidup yang bukan sembarangan. Dengan teladan hidupnya, dia menjadi sumber dorongan dan semangat bagi orang-orang lain. Pemimpin eksemplaris, pemimpin teladan, memimpin orang lain dengan hidupnya sendiri.
Idealnya, setiap pemimpin harus memiliki keempat ciri itu. Setiap pemimpin harus mampu mempersatukan keempat jenis kepemimpinan itu dalam dirinya. Tetapi, dalam kenyataannya, hal yang ideal itu belum tentu dapat terpenuhi. Oleh karena itu, apapun jenis seorang pemimpin, dia harus menyadari kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya. Dia harus memanfaatkan apa yang baik dalam dirinya demi tujuan dan cita-cita bersama. Namun sementara itu, dia harus sadar akan kekurangannya dan harus melengkapi apa yang kurang dalam dirinya itu.
Pemimpin otokratis – pemimpin demokratis
Agar dapat menjalankan tugasnya setiap pemimpin diberi wewenang atau kekuasaan. Berdasarkan wewenang itu seorang pemimpin dapat membimbing, mengantar, mengarahkan, menyatukan dan menggerakkan para pengikutnya menuju ke tujuan dan cita-cita bersama. Perbedaan cara penggunaan wewenang ini menciptakan gaya kepemimpinan yang berlainan. Pada dasarnya, kita mengenal tiga gaya kepemimpinan: gaya otokratis, liberal, dan demokratis.
Gaya kepemimpinan otokratis. Dalam usaha membawa para pengikutnya ke tujuan dan cita-cita bersama, pemimpin dapat memegang kekuasaan yang ada pada tangannya secara mutlak. Dalam gaya ini pemimpin bersikap sebagai penguasa dan yang dipimpin sebagai yang dikuasai. Termasuk dalam gaya ini adalah pemimpin yang:
- Mengatakan segala sesuatu yang harus dikerjakan oleh para pengikutnya. Inilah gaya pemimpin diktator. Yang dilakukan oleh pemimpin yang mengambil gaya ini hanyalah memberi perintah, aturan, larangan. Para pengikutnya harus tunduk, taat, melaksanakan tanpa banyak pertanyaan. Dalam gaya ini, mereka yang dipimpin dibiasakan setia kepada perintah dan dengan tekun menjalankannya. Gaya kepemimpinan ini hanya baik untuk situasi di mana keadaan betul-betul kritis, di mana keselematan mereka yang dipimpin berada di bawah kekuasaan orang yang memimpin. Gaya ini hanya baik untuk situasi yang kacau demi pulihnya tata kehidupan yang aman.
- Menjual gagasan dan cara kerja kepada kelompok yang dipimpinnya. Inilah gaya kepemimpinan seorang presiden direktu dalam perusahaan besar. Menurut gaya ini pemimpin merumuskan masalahnya serta menyodorkan cara pemecahannya sekaligus. Biasanya, gagasan yang baik dan program kerja yang dirasa menguntungkan akan disambut dengan semangat. Tetapi kalau gagasan itu dirasa tidak baik dan program kerjanya dapat mendatangkan suatu kerugian, bawahan akan menolaknya. Seandainya mereka terpaksa harus menerimanya, biasanya mereka akan menjalankannya dengan setengah hati.
Gaya kepemimpinan liberal. Menurut gaya ini, pemimpin tidak merumuskan masalah serta cara pemecahannya. Dia mebiarkan saja mereka yang dipimpinnya menemukan sendiri masalah yang berhubungan dengan kegiatan bersama dan mencoba menari cara pemecahannya. Gaya ini bertolak belakang dengan gaya otokratis. Dalam gaya ini, tugas pemimpin sekedar menjaga agar mereka yang dipimpinnya berbuat sesuatu. Terserah mereka apa yang mau dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Gaya ini hanya baik untuk kelompok orang yang betul-betul telah dewasa dan benar-benar tahu apa tujuan dan cita-cita bersama yang harus mereka capai. Gaya ini juga baik untuk kelompok orang yang berkumpul bukan untuk membicarakan hal-hal yang serius, melainkan untuk tujuan bersantai bersama, seperti dalam malam keakraban yang tidak meminta tanggung jawab besar.
Gaya kepemimpinan demokratis. Gaya ini menciptakan suasana yang demokratis. Dalam gaya ini, pemimpin berusah membawah mereka yang dipimpin menuju ke tujuan dan cita-cita dengan memperlakukan mereka sebagai sejawat yang sejajar. Di sini, batas pemimpin dan bawahan menjadi kabur. Di sini, orang diberi tempat yang sederajat. Termasuk ke dalam gaya kepemimpinan ini adalah pemimpin yang:
- Menyajikan masalah serta cara pemecahannya kepada mereka yang dipimpinnya. Orang yang dipimpin itu bebas untuk menggarapnya: merubah, menambah, menyempurnakan. Pemimpin sendiri dengan senang hati menerima usula dan saran mereka. Berdasarkan saran-saran itu, masalah dan cara pemecahannya dirumuskan secara baru. Apabila semua sudah setuju, pemimpin baru merumuskan masalah dan cara pemecahan itu secara definitif.
- Mengajak mereka yang dipimpinnya untuk bersama merumuskan masalah dan cara pemecahannya. Dalam gaya ini , pemimpin hanya meras bahwa ada masalah dalam kegiatan bersama yang perlu ditangani. Tetapi dia sendiri belum melihat secara jelas. Untuk dapat melihat dengan jelas masalahnya dan menemukan cara pemecahan yang jitu, pemimpin mengikutsertakan semua orang yang dipimpinnya. Dalam pembicaraan bersama itu, dirumuskan bersama apa masalahnya dan bagaimana cara memecahkannya. Gaya kepemimpinan ini baik untuk kegiatan di kalangan orang-orang yang sudah dewasa yang bersifat permanen lagi mengarah ke tujuan dan cita-cita yang tinggi.
No comments:
Post a Comment